Selasa, 19 November 2024 08:52 WIB

Perubahan Hormonal pada Masa Menopause

Responsive image
396
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Dalam siklus kehidupan seorang wanita, terdapat enam tahapan perkembangan yang sesuai dengan perubahan anatomi dan fisiologisnya. Tahapan tersebut dimulai dari masa prapubertas, pubertas, masa reproduksi, klimakterium, menopause, hingga masa lanjut usia. Menjelang menopause, wanita akan mengalami perubahan fisik dan psikologis akibat penurunan fungsi tubuh, seperti gejala vasomotor, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Hal ini dapat memengaruhi aspek psikososial, fisik, dan seksual pada wanita. Wanita yang mengalami menarche lebih awal cenderung akan memasuki menopause pada usia yang lebih lambat. Secara umum, menopause terjadi antara usia 40 hingga 50 tahun, dengan masa premenopause berlangsung sekitar 3 hingga 4 tahun, sehingga gejala-gejala yang muncul biasanya ringan dan hampir tidak terasa. Di sisi lain, wanita yang mengalami menopause setelah usia 50 tahun biasanya akan memasuki masa premenopause selama 6 bulan hingga 1 tahun, yang membuat mereka kurang siap untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dan sulit mengontrol keluhan yang muncul, sehingga dapat timbul beberapa masalah pribadi. Premenopause adalah fase transisi yang dialami oleh perempuan saat memasuki masa menjelang menopause. Fase ini merupakan kondisi fisiologis yang terjadi pada perempuan yang sudah memasuki proses penuaan, yang ditandai dengan penurunan kadar hormon ovarium. Pada periode premenopause, terjadi peralihan dari masa subur ke masa dimana tidak ada kemungkinan kehamilan (anovulasi). Sebagian besar wanita mulai merasakan gejala premenopause pada usia 40-an, dengan puncaknya terjadi sekitar usia 50 tahun, yaitu saat menopause, di mana menstruasi berhenti. Selama fase premenopause, kadar hormon estrogen menurun dan hormon gonadotropin meningkat, yang mengakibatkan perubahan pada fungsi organ-organ terkait. Perubahan ini dapat menimbulkan masalah atau krisis yang berdampak pada kualitas hidup, kesehatan, serta mengganggu aktivitas sehari-hari wanita.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapan Seorang Wanita Mengalami Menopause

1.    Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia saat pertama kali mengalami haid (menarche) dengan usia saat seorang wanita memasuki menopause. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa semakin dini seseorang mengalami haid pertama, semakin lama atau semakin tua usia wanita tersebut saat memasuki menopause.

2.    Faktor psikologis, keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga berpengaruh terhadap perkembangan psikisnya. Wanita dalam situasi ini cenderung mengalami menopause lebih awal dibandingkan dengan mereka yang menikah dan tidak bekerja, atau mereka yang tidak menikah dan tidak bekerja.

3.    Jumlah anak, meskipun belum ada bukti yang menunjukkan hubungan langsung antara jumlah anak dengan usia menopause, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang lebih sering melahirkan cenderung mengalami menopause pada usia yang lebih tua atau lebih lama.

4.    Usia untuk melahirkan anak yang lebih tua dapat mempengaruhi waktu seseorang memasuki masa menopause. Penelitian yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston menunjukkan bahwa wanita yang melahirkan di atas usia 40 tahun cenderung mengalami menopause pada usia yang lebih lanjut. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kehamilan dan persalinan dapat memperlambat kinerja sistem reproduksi dan bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.

5.    Penggunaan kontrasepsi, terutama jenis hormonal, dapat memengaruhi fungsi indung telur, sehingga menghambat produksi sel telur. Akibatnya, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal cenderung mengalami menopause pada usia yang lebih tua atau lebih lambat dibandingkan yang tidak menggunakannya.

6.    Wanita yang merokok cenderung mengalami menopause lebih cepat.

Perubahan Hormonal Pada Masa Menopause

Transisi menopause ditandai oleh fluktuasi kadar estrogen, siklus menstruasi yang tidak teratur, serta terkadang munculnya kombinasi manifestasi klinis akibat kelebihan dan kekurangan estrogen. Oleh karena itu, dalam satu minggu, seorang wanita mungkin mengalami mastalgia dan perdarahan hebat, sementara pada minggu berikutnya merasakan gejala vasomotor, gangguan tidur, dan kelelahan akibat kekurangan estrogen. Perubahan hormon ini juga mempengaruhi gairah seksual wanita dan kemampuannya untuk mencapai orgasme. Selama perimenopause, wanita sering melaporkan kekeringan vagina terkait dengan aktivitas seksual. Gejala ini mencerminkan kesulitan dalam mencapai orgasme dan lubrikasi, namun tidak selalu disebabkan oleh kekurangan estrogen.

 

Referensi :

Cahyaningrum, F., & Setyanti, P. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A dengan Kepatuhan Ibu Memberikan Kapsul Vitamin A pada Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari Kota Semarang.

Fithriyana, R. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Peran Estrogen pada Remodeling Tulang Tahun 2016.

Riska, Haniarti & Muluki, M. 2020. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Peran Estrogen pada Remodeling Tulang di Kelurahan Palanro. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan.