Kamis, 21 November 2024 15:11 WIB

Pengaturan Makan Pasca Operasi Bariatrik

Responsive image
161
dr. Diyah Eka Andayani, M.Gizi, Sp.GK(K) - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Operasi bariatrik saat ini adalah metode paling efektif untuk menurunkan berat badan jangka panjang dan mengurangi masalah kesehatan pada individu yang mengalami obesitas berat. Operasi ini hanya direkomendasikan untuk individu dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 35 kg/m2 atau disebut obesitas morbid atau kondisi obesitas morbid yang memiliki penyakit komorbid tertentu. Efek operasi bariatrik dapat memberikan perubahan porsi dan perilaku makan, perubahan psikologis, bahkan dapat mengalami kenaikan berat badan apabila perubahan tersebut tidak dapat diadaptasi dengan baik. Dalam beberapa tahun terakhir permintaan untuk operasi bariatrik meningkat secara signifikan, termasuk di Jakarta, tetapi hampir separuh pasien mungkin tidak mencapai penurunan berat badan yang ditargetkan dan banyak yang akhirnya mengalami peningkatan berat badan kembali seiring dengan berjalannya waktu.

Terdapat berbagai definisi untuk peningkatan berat badan (weight regain) setelah operasi bariatrik, dan belum terdapat konsensus yang membahas khusus mengenai hal ini. Weight Regain dapat disebabkan karena perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan makan yang tidak terkontrol dan berlebihan serta kurang aktif secara fisik Peningkatan berat badan dapat memengaruhi kualitas hidup dan menyebabkan masalah kesehatan, meningkatkan biaya perawatan kesehatan, dan risiko kematian. Panduan nutrisi menyarankan diet seimbang dengan energi, protein, dan serat yang cukup. Intervensi gaya hidup dan modifikasi perilaku penting untuk keberhasilan penurunan berat badan setelah operasi. Selain itu, pemberian obat anti-obesitas dapat dipertimbangkan untuk membantu manajemen berat badan. Setelah operasi bariatrik, pasien melewati berbagai tahap diet, mulai dari diet cair selama 1-2 minggu dengan volume yang dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kondisi, hingga secara bertahap mulai dapat mengonsumsi makanan padat. Prinsipnya adalah tetap mempertahankan asupan protein yang cukup karena asupan tinggi protein membantu mempertahankan massa otot dan memberikan rasa kenyang. Jangan lupa tetap dilakukan pemantauan dan rencana tindak lanjut rutin untuk menilai kemajuan dan mengatasi masalah.

Tahapan diet ini dibagi menjadi 4, berdasarkan pewaktuannya setelah dilakukannya operasi. Tahap pertama dimulai pada hari setelah operasi dan berlangsung selama 1 minggu. Pasien hanya direkomendasikan mengonsumsi makanan cair seperti susu tinggi protein, jus tanpa gula, sup sayuran yang dihaluskan, yogurt cair tanpa gula, dan minuman isotonik tanpa gula. Penting untuk konsumsi dalam volume kecil namun sering agar lambung tidak terlalu cepat penuh, serta untuk mengurangi kejadian intoleransi makanan. Konsumsi minuman berkarbonasi dan kafein tidak diperbolehkan hingga tahap 4. Konsumsi pemanis buatan seperti aspartam dan sakarin diperbolehkan.  Asupan kalori perkiraan selama periode ini sekitar 400 Kkal/hari. Asupan cairan harus diperhatikan dan pasien sangat direkomendasikan untuk minum sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien. Beberapa minuman yang boleh dikonsumsi pada diet pasca bariatrik Tahap 1: jus apel, jus anggur, teh, kopi tanpa kefein, kuah kaldu sapi/ayam, minuman dengan pemanis buatan.

Tahap kedua dimulai ketika gejala gangguan lambung telah membaik dan pasien dapat mentolerir lebih banyak cairan. Biasanya hal ini terjadi selama minggu kedua setelah operasi. Selama tahap ini, jumlah makanan cair ditingkatkan dan protein shake mulai dapat digunakan, selain itu konsumsi sayuran yang dihaluskan (puree) dan putih telur juga diperbolehkan. Rekomendasi asupan kalori selama periode ini sekitar 400–600 Kkal/hari. Selain itu, direkomendasikan konsumsi 60-70 gram protein per hari pada periode ini. Selama tahap kedua diharapkan mencukupi hidrasi meningkatkan frekuensi makan dalam jumlah kecil namun sering. Beberapa minuman dan makanan yang boleh dikonsumsi pada diet pasca bariatrik tahap 2: yogurt tanpa gula, Protein Shake, putih telur, Oatmeal bayi, kentang yang dihaluskan, bubur, pisang atau nanas atau melon yang dihaluskan, bayam/wortel yang dihaluskan.

Suplementasi vitamin dan mineral juga mulai disarankan pada tahap ini. Suplementasi vitamin dan mineral dibutuhkan karena tingginya risiko defisiensi protein pasca operasi bariatrik dengan dosis yang disesuaikan dengan kondisi yang menyertai. Perkembangan pasien tetap diawasi oleh tim medis. Pengawasan ini dilakukan karena banyaknya keluhan-keluhan yang mungkin dialami seperti napas tidak sedap, muntah, sembelit, suasana hati yang terganggu, sulit tidur, dan munculnya intoleransi makanan sering terjadi. Jika tidak ada gejala yang signifikan, rencana diet dapat ditingkatkan.

Setelah 2 minggu mendapatkan diet cair, diharapkan terdapat penyembuhan pasca operasi dan terjadi penyesuaian lambung, konsistensi makanan dapat ditingkatkan secara bertahap. Memasuki minggu ketiga, selain mencukupi cairan dan protein, mulai diperkenalkan makanan yang lebih halus dan biasanya memulai konsumsi makanan yang mengandung protein dan lemak dari sumber sehat. Tahap ketiga ini target asupan energi harian adalah sekitar 600–800 Kkal. Konsumsi makan dibagi menjadi 3 kali makan dengan porsi kecil. Konsumsi protein diprioritaskan, makanan yang tidak mengandung protein dikonsumsi apabila masih belum kenyang. Beberapa minuman dan makanan yang boleh dikonsumsi pada diet pasca bariatrik tahap 3: Ikan, protein shake, telur rebus, keju rendah lemak, nasi tim, kentang rebus, seral yang dilembekkan dengan susu skim, buah kaleng, buah segar tanpa kulit, pisang, sayur yang dimasak.

Setelahnya pasien dapat memasuki tahapan ke-4, yaitu pada 4-5 minggu setelah operasi. Pasien mulai dialihkan ke makanan padat dengan konsistensi normal. Meskipun begitu, pengenalan makanan padat dengan konsistensi normal tidak serta merta dilakukan secara cepat, melainkan secara bertahap. Terdapat risiko gangguan pencernaan pada beberapa jenis makanan, bergantung pada setiap individual. Daging merah yang keras, lobster, udang, buah-buahan yang bersifat asam, sayuran-sayuran yang sangat berserat, dan nasi serta pasta dapat menjadi makanan-makanan yang meningkatkan risiko gangguan pencernaan ini, sehingga pengawasan diet tetap harus dilakukan. Selain itu, karena ukuran lambung mulai mengecil, maka terdapat kemungkinan kesulitan untuk mengonsumsi makanan dalam satu waktu, sehingga porsi dapat dibagi dari 3 kali makan per hari menjadi 6 kali makan per hari. Seperti sebelumnya, konsumsi protein tetap ditargetkan sekitar 60-70 gram per hari atau sesuai kondisi pasien. Konsumsi suplemen dan vitamin juga tetap dilanjutkan karena proses penyerapannya yang berkurang setelah pembedahan.

Olahraga setelah operasi bariatrik memiliki peranan penting dalam mempertahankan berat badan dan meminimalisir risiko weight regain. Setelah proses perawatan selesai, pasien diperbolehkan untuk beraktivitas fisik minimal seperti berjalan kaki. Setelahnya, aktivitas-aktivitas yang lebih berat secara berjenjang boleh dilakukan. Olahraga seperti yoga, pilates, berenang, dan berolahraga menggunakan beban (Weight Training) direkomendasikan pada tahap ini.. Aktivitas fisik disarankan untuk dibuat secara terstruktur dibawah pengawasan dokter dan dilakukan secara rutin agar dapat meningkatkan kemampuan fisik, mempertahankan berat badan, dan mengoptimalkan manfaat dari operasi bariatrik.

Secara umum, menurunkan berat badan menjadi tantangan yang kompleks tanpa mencapai keseimbangan energi negatif, yaitu energi yang dikonsumsi lebih kecil dibandingkan energi yang dikeluarkan. Perubahan berat badan terjadi ketika pengeluaran energi melebihi asupan dalam periode tertentu, mengakibatkan penurunan massa lemak tubuh. Terdapat berbagai pendekatan diet, seperti pengubahan dan penyesuaian kadar makronutrien (karbohidrat, protein, lemak), penambahan variasi kelompok makanan, mengurangi/merestriksi konsumsi jenis makanan tertentu, dan pengubahan waktu makan, yang dapat membantu mencapai dan mempertahankan penurunan berat badan. Untuk memastikan kemampuan pasien mempertahankan intervensi diet secara jangka panjang, preferensi makanan pasien, latar belakang budaya, dan ketersediaan makanan perlu diperhatikan.

 

Referensi:

Bettini S, Belligoli A, Fabris R, Busetto L. Diet approach before and after bariatric surgery. Rev Endocr Metab Disord. 2020 Sep;21(3):297–306.

Cheung HC, Strodl E, Musial J, MacLaughlin HL, Byrnes A, Lewis CA, et al. Associations between diet composition, dietary pattern, and weight outcomes after bariatric surgery: a systematic review. Int J Obes. 2023 Sep;47(9):764–90.

Cho YH, Lee Y, Choi JI, Lee SR, Lee SY. Weight loss maintenance after bariatric surgery. World J Clin Cases. 2023 Jun 26;11(18):4241–50.

Noria SF, Shelby RD, Atkins KD, Nguyen NT, Gadde KM. Weight Regain After Bariatric Surgery: Scope of the Problem, Causes, Prevention, and Treatment. Curr Diab Rep. 2023 Mar;23(3):31–42.

Negi A, Asokkumar R, Ravi R, Lopez-Nava G, Bautista-Castaño I. Nutritional Management and Role of Multidisciplinary Follow-Up after Endoscopic Bariatric Treatment for Obesity. Nutrients. 2022 Aug 22;14(16):3450.

Deledda A, Pintus S, Loviselli A, Fosci M, Fantola G, Velluzzi F. Nutritional Management in Bariatric Surgery Patients. IJERPH. 2021 Nov 17;18(22):12049.

Bellicha A, Ciangura C, Roda C, Torcivia A, Aron-Wisnewsky J, Poitou C, et al. Effect of exercise training after bariatric surgery: A 5-year follow-up study of a randomized controlled trial. Wolf SE, editor. PLoS ONE. 2022 Jul 15;17(7):e0271561.

Sumber Gambar:

https://www.freepik.com/free-photo/upset-gloomy-woman-wants-eat-sweets-confectionery-poses-table-served-with-many-desserts-keeps-diet-avoids-junk-food-feels-temptation_12930872.htm#fromView=search&page=1&position=26&uuid=8bb227ec-4ef7-4774-9748-c05041f2ffed