Gagal ginjal atau penyakit ginjal kronis (PGK) menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia, dengan angka kejadian yang semakin meningkat setiap tahunnya. Meskipun kejadian PGK pada anak relatif sedikit, tetapi PGK berperan dalam masalah kesehatan utama pada anak dan dapat memiliki banyak efek jangka panjang, termasuk kematian. Kualitas hidup anak dengan PGK ditemukan lebih rendah dibandingkan anak yang sehat, baik dari segi fisik, sosial, emosional, termasuk prestasi belajar. Anak dengan PGK sering merasa takut, cemas, dan tertekan sehingga mempengaruhi prestasi akademis mereka di sekolah.
Seorang anak dapat dikatakan mengalami PGK apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut, yaitu kerusakan ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan, baik berupa kelainan struktur atau fungsi (fungsi ginjal dinilai melalui laju filtrasi glomerulus (LFG)). Terdapat lima tahap dari PGK, yaitu: tahap 1 berupa kerusakan ginjal dengan LFG yang normal, tahap 2 berupa kerusakan ginjal dengan penurunan LDF yang ringan, tahap 3 berupa kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang, tahap 4 kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat, dan tahap 5 berupa kerusakan ginjal tahap akhir dengan LFG <15mL>2.
Penyebab PGK pada anak dengan usia dibawah lima tahun yang paling sering adalah kelainan bawaan, seperti adanya kelainan dalam pembentukan jaringan ginjal, baik disertai atau tidak disertai sumbatan pada ginjal. Sementara itu, pada anak dengan usia diatas lima tahun, paling sering disebabkan karena penyakit yang diturunkan (seperti ginjal polikistik) atau penyakit yang didapat (seperti glomerulonefritis kronis). Faktor risiko terjadinya PGK pada anak diantaranya adalah bayi dengan berat badan lahir yang rendah, bayi prematur, riwayat keluarga dengan penyakit ginjal bawaan atau penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan ginjal, anak dengan riwayat gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, riwayat mengalami penyakit sistemik (lupus, obesitas/kegemukan, tekanan darah tinggi, dan kencing manis), riwayat mengalami sindrom nefrotik dan sindrom nefritik, serta batu saluran kemih.
Penyakit ginjal kronis tidak dapat sembuh dengan pengobatan. Secara umum, tata laksana PGK bertujuan untuk memperlambat perburukan fungsi dari ginjal, mencegah dan mengobati komplikasi yang terjadi, serta terapi pengganti ginjal. Pasien dengan PGK cenderung dapat mengalami perburukan fungsi ginjal seiring bertambahnya waktu hingga suatu saat dapat terjadi gagal ginjal tahap akhir. Pada anak dengan gagal ginjal tahap akhir, terapi utama adalah terapi pengganti ginjal, seperti dialisis (atau dikenal dengan “cuci darah”) atau transplantasi ginjal. Dalam pelaksanaan terapi pengganti ginjal, dibutuhkan pelayanan yang kompleks dan biaya yang tinggi, terutama pada negara berkembang seperti di Indonesia. Terapi dialisis hanya dapat mengganti sebagian fungsi ginjal, tetapi tidak menyembuhkan penyakit ginjal yang dialami. Sementara, transplantasi ginjal merupakan pilihan untuk menyembuhkan penyakit ginjal yang dialami, namun saat ini ketersediaan donor ginjal untuk pasien anak masih terbatas.
Sel punca adalah sel yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel pada tubuh suatu organisme. Sel punca mesenkimal (SPM) telah terbukti bermanfaat menjadi terapi berbasis sel untuk pemeliharaan dan regenerasi dari ginjal manusia, serta jaringan dan organ lain yang mengalami kerusakan. SPM dapat diperoleh dari berbagai jaringan yang berbeda, termasuk sumsum tulang, darah, jaringan lemak, plasenta, cairan amnion, dan darah tali pusat. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa terapi sel punca mesenkimal pada penyakit ginjal kronik dapat meningkatkan fungsi ginjal dan mengurangi kerusakan ginjal melalui pertumbuhan pembuluh darah baru (revaskularisasi), mengurangi peradangan, stres di jaringan, kematian sel, dan terbentuknya jaringan parut.
Pelayanan sel punca dalam Stem Cell and Metabolites Clinic menjadi layanan unggulan RSCM Kencana. Dengan konsep One Stop Service, masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi dan pelayanan sel punca yang efektif dan efisien. Di RSCM, terapi sel punca telah dilakukan pada ratusan pasien untuk menangani berbagai penyakit, seperti defek tulang panjang; defek tulang belakang; patah tulang gagal sambung; lesi osteokondral; osteoarthritis tulang; stroke; diabetes melitus tipe 2; kaki diabetes; luka bakar yang dalam dan luas; disfungsi ereksi; kebutaan karena glaukoma; Multiple System Atrophy (MSA); dan penyakit ginjal pada anak. Saat ini sudah dilakukan pemberian terapi sel punca pada sekitar 20 anak dengan penyakit ginjal dengan hasil terapi yang bervariasi. Diharapkan kedepannya kemajuan teknologi sel punca yang terus berkembang dapat menjadi harapan baru pada anak yang mengalami penyakit ginjal kronik tahap awal.
Referensi:
Hidayati EL, Fahlevi R, Puspitasari H, Ramadhany A, Pardede SO. Mesenchymal stem cell therapy in children with end-stage kidney disease: report of two cases. Pediatr Indones. 2022; 62(2): 217-21.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Mengenal penyakit ginjal kronis pada anak [Internet]. Jakarta: IDAI; 2016 [cited 2024 Juli 17]. Available from: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-penyakit-ginjal-kronis-pada-anak
Pardede SO, Chunnaedy S. Penyakit ginjal kronik pada anak. Sari Pediatri. 2009;11(3):199-206
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. RSCM hadirkan layanan stem cell and metabolites clinic RSCM Kencana [Internet]. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2021 pcited 2024 Jul 25]. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/read/311/rscm-hadirkan-layanan-stem-cell-and-metabolites-clinic-rscm-kencana
Sumber gambar:
https://www.freepik.com/free-photo/3d-medical-background-with-virus-cells-defocussed-bokeh-lights_4504288.htm#fromView=search&page=1&position=36&uuid=55923fa4-dc5f-4620-939f-51950196c078