Adolescent idiopathic scoliosis (AIS) / Skoliosis idiopatik remaja adalah suatu kondisi tulang belakang yang menyebabkan kelainan bentuk pada bidang koronal, sagital, dan aksial. AIS didefinisikan memiliki puncak kelengkungan kurva scoliosis lebih dari 10°. AIS adalah jenis skoliosis yang terjadi pada anak-anak berusia antara 10 dan 18 tahun. Disebut ‘idiopatik’ karena penyebabnya tidak diketahui. Kondisi ini menyebabkan tulang belakang melengkung membentuk huruf ‘S’ atau ‘C’, yang dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan jika tidak ditangani.
Beberapa gejala adolescent idiopathic scoliosis (AIS) / skoliosis idiopatik remaja antara lain nyeri punggung, bahu tidak rata, dan lingkar pinggang tidak rata. Dalam kasus yang parah, kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah pernapasan dan komplikasi lainnya.
The scoliosis research society guidelines merekomendasikan agar pasien yang mencapai kematangan tulang dengan kurva mencapai 25? hingga 40? diobati dengan brace untuk mencegah perkembangan kurva.
Perawatan dengan brace adalah pendekatan non-bedah untuk menangani skoliosis idiopatik remaja. Dalam prosesnya menggunakan scoliosis brace dapat membantu meluruskan tulang belakang dan mencegah kelengkungan menjadi lebih parah. Brace biasanya dipakai selama 16-23 jam per hari, dan pengobatan dapat berlangsung selama beberapa tahun.
Ada beberapa brace yang dapat digunakan untuk skoliosis, antara lain Boston Brace, Wilmington Brace, dan Milwaukee Brace. Jenis brace yang digunakan bergantung pada tingkat keparahan kondisi dan faktor individu lainnya Penggunaan brace merupakan metode utama dalam penangangan kasus skoliosis pada level moderate selama masa pertumbuhan. Selain itu The International Scientific Society on Scoliosis Orthopaedic and Rehabilitation Treatment (SOSORT) telah menetapkan kriteria untuk pembuatan brace dan protokol perawatan standar. Selain itu SOSORT juga menetapkan kriteria dokter dan ortotis yang terlibat dalam perawatan scoliosis. Pedoman SOSORT tentang manajemen scoliosis brace berguna untuk memastikan pasien ditangani oleh dokter dan ortotis terlatih. Karena jika sesuai dengan pedoman yang ada, brace dapat terbukti efektif dalam mengurangi kebutuhan operasi pada pasien skoliosis, dan mengurangi dampak estetika dari deformitas. Selain itu peran latihan sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan keefektifan penggunaan brace sangat disarankan tetapi harus dengan pendampingan fisioterapi.
Dalam manajemen skoliosis brace di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta desain yang paling umum digunakan dalam pengobatan skoliosis adalah jenis Boston Brace.
Boston brace pada awalnya dikembangkan oleh dokter ortopedi yang bernama John Hall dan seorang ortotis yang bernama William Miller di Boston Children’s Hospital pada tahun 1972 untuk merawat pasien scoliosis dengan kurva lumbal. Dengan kesuksesan tersebut dokter John Hall dan William Miller mengembangkan untuk menangani thoracolumbar curve dan thoracic curve dengan cara memeberikan penambahan plastic axillary extension pada desain brace.
Boston brace terbuat dari plastik rigid yang simetris dan memiliki desain dengan posterior opening. Memiliki padding pada area apical untuk memberikan tekanan atau koreksi secara pasif pada area lumbal. Pada sisi yang berlawanan diberikan thoracic pad, dan pada posisi yang sejajar dengan thoracic pad diberikan window atau opening area. Window atau opening area tersebut memiliki manfaat untuk mengakomodir pergeseran tekanan dari thoracic pad dan sebagai area ventilasi untuk meningkatkan kenyamanan. Desain awal dari Boston brace memiliki fungsi mengurangi lumbar lordosis dengan harapan dapat mengkoreksi kurva skoliosis lebih baik, tetapi dalam perkembangannya Boston brace sekarang diposisikan 15 derajat lordosis pada lumbal untuk mengurangi kecenderungan terjadinya hipokifosis.
Penggunaan Boston brace efektif jika digunakan pada pasien scoliosis dengan apex atau puncak kurva dibawah dari thorakal 8. Dalam penggunaan Boston brace dilaporkan bahwa memiliki angka success rate kurang lebih 70%.
Penggunan Boston Brace harus dilakukan evaluasi oleh berbagai tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terlibat didalamnya. Evaluasi pertama dilakukan dengan melakukan pemeriksaan X-ray dengan menggunakan brace saat pertama kali dipakaikan. Dan saat kunjungan selanjutnya harus mencakup perbandingan dengan X-ray yang terbaru dengan kondisi awal. Tim yang terlibat antara lain Dokter, Ortotis, Fisioterapis harus kompeten dalam pemeriksaan brace bagi penderita scoliosis.
Referensi:
Slattery, C., & Verma, K. (2018). Classifications in Brief: The Lenke Classification for Adolescent Idiopathic Scoliosis. Clinical orthopaedics and related research, 476(11), 2271–2276. https://doi.org/10.1097/CORR.0000000000000405
Negrini, S., Donzelli, S., Aulisa, A. G., Czaprowski, D., Schreiber, S., de Mauroy, J. C., Diers, H., Grivas, T. B., Knott, P., Kotwicki, T., Lebel, A., Marti, C., Maruyama, T., O'Brien, J., Price, N., Parent, E., Rigo, M., Romano, M., Stikeleather, L., Wynne, J., … Zaina, F. (2018). 2016 SOSORT guidelines: orthopaedic and rehabilitation treatment of idiopathic scoliosis during growth. Scoliosis and spinal disorders, 13, 3. https://doi.org/10.1186/s13013-017-0145-8
Boston Brace International, Inc. (2003). The Reference Manual for the Boston Scoliosis Brace.
Weiss HR, Çolak TK, Lay M, Borysov M. Brace treatment for patients with scoliosis: State of the art. S Afr J Physiother. 2021 Oct 26;77(2):1573. doi: 10.4102/sajp.v77i2.1573. PMID: 34859162; PMCID: PMC8603182
Sumber Gambar dari Dokumentasi Humas RSO