Rabu, 18 Desember 2024 14:50 WIB

Kenapa Perempuan Lebih Jarang Sakit Jantung?

Responsive image
54
dr. Fitriahati Setiyarizki - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Namun, ada fakta menarik di mana insiden penyakit jantung koroner lebih jarang dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki, terutama saat usia reproduktif. Mengapa perempuan terlihat memiliki perlindungan yang lebih baik terhadap penyakit jantung? Artikel ini akan mengungkapkan faktor-faktor biologis, hormonal, dan gaya hidup yang menjelaskan fakta ini serta perubahan risiko seiring bertambahnya usia.

1. Peran Hormon Estrogen

Hormon estrogen yang banyak dihasilkan pada perempuan sebelum menopause sangat berperan penting karena memiliki efek protektif pada jantung dan pembuluh darah melalui berbagai mekanisme, diantaranya:

  • Estrogen mengatur kadar kolesterol dengan meningkatkan kadar kolesterol HDL ("kolesterol baik") yang berfungsi membersihkan kolesterol LDL ("kolesterol jahat") dari pembuluh darah, sehingga mengurangi risiko aterosklerosis atau penumpukan plak di arteri.
  • Estrogen membantu menjaga elastisitas dan fungsi normal dari pembuluh darah dengan meningkatkan produksi nitric oxide (NO), yang membantu pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan aliran darah dan menurunkan tekanan darah.
  • Estrogen memiliki efek anti-inflamasi yang mengurangi risiko peradangan pada dinding pembuluh darah, yang merupakan faktor kunci dalam perkembangan aterosklerosis.

Namun, kadar estrogen ini akan menurun drastis setelah menopause sehingga risiko penyakit jantung pada perempuan meningkat, bahkan mendekati atau melebihi risiko pada laki-laki. Oleh karena itu, perempuan di usia pasca-menopause perlu lebih waspada terhadap faktor risiko penyakit jantung.

2. Faktor Genetik dan Biologis

Selain pengaruh dari hormon seperti yang telah disebutkan sebelumnya, genetik dan biologis juga dapat mempengaruhi risiko penyakit jantung pada perempuan. Secara umum, perempuan memiliki arteri yang lebih kecil dibandingkan laki-laki, yang membuatnya lebih rentan terhadap jenis tertentu penyakit jantung seperti penyakit mikrovaskuler/penyakit pada pembuluh darah yang sangat kecil. Namun, arteri yang lebih kecil ini juga bisa menjadi alasan mengapa perempuan cenderung lebih jarang mengalami penyakit jantung koroner yang khas seperti infark miokard (serangan jantung) pada usia lebih muda.

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan juga cenderung mengalami disfungsi endotel, yaitu kerusakan pada lapisan dalam pembuluh darah, yang dapat mempengaruhi aliran darah tanpa menyebabkan penyumbatan yang signifikan pada pembuluh darah besar. Meskipun ini tidak selalu menyebabkan serangan jantung yang klasik, disfungsi endotel tetap berpengaruh terhadap kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan.

3. Peran Gaya Hidup

Umumnya, perempuan memiliki kebiasaan gaya hidup yang lebih baik bagi kesehatan jantung dibandingkan laki-laki. Berikut beberapa faktor gaya hidup yang berpengaruh terhadap rendahnya angka penyakit jantung pada perempuan:

  • Lebih banyak aktivitas fisik: Banyak penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih aktif secara fisik, seperti olahraga ringan, aktivitas harian, dan berjalan kaki.
  • Kebiasaan makan yang lebih sehat: Umumnya perempuan lebih menyukai pola makan yang lebih sehat, seperti mengonsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan, dan makanan tinggi serat, serta menghindari lemak jenuh yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
  • Lebih jarang merokok: Merokok merupakan faktor risiko utama penyakit jantung, dan data menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih jarang merokok dibandingkan laki-laki, terutama di kalangan generasi yang lebih tua.

Namun, perubahan gaya hidup pada perempuan akhir-akhir ini seperti peningkatan stres, kebiasaan makan buruk, dan kebiasaan merokok berpotensi dapat mengubah kecenderungan bahwa perempuan lebih jarang terkena serangan jantung.

4. Perubahan Risiko Setelah Menopause

Meskipun perempuan memiliki perlindungan alami terhadap penyakit jantung selama usia reproduktif, risiko penyakit jantung meningkat secara signifikan setelah menopause. Ini disebabkan oleh menurunnya kadar estrogen, yang sebelumnya berfungsi melindungi jantung dan pembuluh darah.

Pasca-menopause, perempuan lebih rentan terhadap hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes, yang semuanya merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Selain itu, obesitas, terutama obesitas perut, lebih sering terjadi setelah menopause dan berkontribusi pada peningkatan risiko kardiovaskular.

Terapi penggantian hormon (hormone replacement therapy - HRT) telah lama dianggap sebagai solusi yang baik untuk menurunkan risiko penyakit jantung pada perempuan pasca-menopause. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa manfaat HRT dalam pencegahan penyakit jantung sangat terbatas tetapi justru dapat meningkatkan risiko penyakit lain seperti kanker payudara atau tromboemboli vena.

5. Perbedaan Gejala dan Diagnosis pada Perempuan

Salah satu alasan mengapa perempuan mungkin terlihat "lebih jarang" terkena penyakit jantung adalah karena gejalanya sering kali berbeda dari laki-laki, dan sering kali tidak dikenali. Perempuan cenderung mengalami gejala yang tidak khas seperti kelelahan, sesak napas, mual, atau nyeri di punggung atau rahang, dibandingkan dengan nyeri dada yang khas dialami laki-laki saat serangan jantung.

Selain itu, bias dalam diagnosis juga bisa menjadi faktor. Studi menunjukkan bahwa perempuan lebih jarang menerima diagnosis penyakit jantung yang benar atau terlambat didiagnosis karena gejala mereka sering diabaikan atau disalahartikan sebagai kondisi yang kurang serius seperti gangguan pencernaan atau kecemasan. Sehingga, penting untuk meningkatkan kesadaran terhadap perbedaan ini sehingga perempuan bisa mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu untuk masalah jantung.

Secara keseluruhan, perempuan memiliki perlindungan alami terhadap penyakit jantung selama usia reproduktif, terutama karena adanya efek perlindungan dari hormon estrogen. Gaya hidup yang lebih sehat, dengan tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dan kebiasaan makan yang lebih baik, juga turut berperan dalam mengurangi risiko kardiovaskular pada perempuan.

Namun, risiko penyakit jantung pada perempuan meningkat secara signifikan setelah menopause. Oleh karena itu, sangat penting bagi perempuan untuk lebih memperhatikan faktor risiko kardiovaskular setelah menopause, termasuk menjaga berat badan, mengontrol tekanan darah, dan menjalani gaya hidup sehat secara keseluruhan.

Meskipun kejadian penyakit jantung pada perempuan lebih rendah sebelum menopause, kesadaran akan gejala dan faktor risiko yang khas pada perempuan perlu ditingkatkan untuk memastikan mereka mendapatkan perawatan yang tepat dan cepat.

 

Referensi :

American Heart Association. Estrogen and Heart Disease Risk in Women. Available at: https://www.heart.org.

Artinian NT, Fletcher GF, Mozaffarian D, et al. Interventions to promote physical activity and dietary lifestyle changes for cardiovascular risk factor reduction in adults. Circulation. 2010.

Maas AH, Appelman YE. Gender differences in coronary heart disease. Netherlands Heart Journal. 2010.

Benowitz NL. Nicotine addiction. N Engl J Med. 2010.

Mosca L, Benjamin EJ, Berra K, et al. Effectiveness-based guidelines for the prevention of cardiovascular disease in women. Circulation. 2011.

Anderson GL, Limacher M, Assaf AR, et al. Effects of conjugated equine estrogen in postmenopausal women with hysterectomy: the Women’s Health Initiative randomized controlled trial. JAMA. 2004.

Wenger NK. Women and coronary heart disease: a century after Herrick: understudied, underdiagnosed, and undertreated. Circulation. 2012.

Sumber gambar: canva.com