Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui di masyarakat yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan berbagai komplikasi kesehatan lainnya.
Banyak orang mencari cara untuk mengendalikan tekanan darah tinggi, salah satu cara yang efektif untuk mengelola tekanan darah adalah dengan memodifikasi pola makan, khususnya melalui pengurangan asupan natrium (garam) dan peningkatan kalium. Garam kalium, yang merupakan alternatif garam natrium, menawarkan manfaat potensial bagi penderita hipertensi. Garam ini dianggap sebagai alternatif yang lebih sehat dibandingkan garam meja biasa karena kandungan kaliumnya yang tinggi. Namun, masih banyak yang belum memahami fakta dan manfaat sebenarnya dari garam kalium ini.
Kalium secara alami terdapat dalam berbagai makanan. Buah-buahan seperti pisang, aprikot kering, dan alpukat merupakan sumber kalium yang baik. Sayuran seperti kentang, wortel, dan bayam juga kaya akan kalium. Selain itu, kacang-kacangan, produk susu, dan beberapa jenis ikan juga mengandung kalium dalam jumlah yang signifikan.
Artikel ini akan membahas berbagai aspek penting seputar garam kalium untuk hipertensi. Pembaca akan mendapat informasi tentang fakta-fakta penting mengenai garam kalium, manfaatnya bagi kesehatan, serta risiko dan efek samping yang perlu diperhatikan. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat membuat keputusan yang tepat dalam menggunakan garam kalium sebagai bagian dari upaya mengelola hipertensi.
Kalium adalah mineral penting yang memainkan peran utama dalam pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan fungsi otot, termasuk otot jantung. Salah satu cara kalium membantu mengontrol tekanan darah adalah dengan melawan efek natrium. Natrium yang berlebihan menyebabkan penahanan air di dalam tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan volume darah dan tekanan pada dinding arteri. Di sisi lain, kalium membantu tubuh mengeluarkan natrium melalui urin, yang mengurangi tekanan darah. Kalium juga membantu relaksasi dinding pembuluh darah, yang berdampak langsung pada penurunan tekanan darah.
Menurut American Heart Association (AHA), peningkatan asupan kalium dapat memberikan manfaat signifikan bagi individu dengan tekanan darah di atas 120/80 mm Hg. Bagi mereka yang sehat, AHA merekomendasikan konsumsi kalium antara 3.500 hingga 5.000 mg per hari untuk mendukung kesehatan jantung dan mengurangi risiko hipertensi?.
Penggunaan garam kalium sebagai alternatif garam natrium telah diusulkan sebagai strategi untuk mengurangi asupan natrium, terutama di antara penderita hipertensi. Garam kalium memiliki rasa yang mirip dengan garam biasa, tetapi mengandung kalium klorida sebagai pengganti natrium klorida. Ini menjadikannya pilihan yang efektif untuk membantu mengurangi tekanan darah tanpa mengorbankan rasa makanan.
Penelitian menunjukkan bahwa mengganti garam natrium dengan garam kalium dapat mengurangi tekanan darah secara signifikan. Sebuah studi dalam Nature melaporkan bahwa penggunaan garam kalium di negara-negara tertentu, seperti China, menunjukkan penurunan tekanan darah dan penurunan risiko stroke di kalangan populasi yang mengonsumsi garam kalium sebagai bagian dari diet mereka.
Namun, penggunaan garam kalium tidak selalu cocok untuk semua orang. Orang dengan kondisi ginjal atau yang mengonsumsi obat tertentu seperti diuretik atau inhibitor ACE perlu berhati-hati. Konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional sangat disarankan sebelum mengadopsi garam kalium sebagai pengganti?.
Salah satu rekomendasi pola makan yang mendukung manajemen tekanan darah adalah Diet Pendekatan untuk Menghentikan Hipertensi (Dietary Approaches to Stop Hypertension, atau DASH). Pola makan ini mendorong konsumsi buah-buahan, sayuran, produk susu rendah lemak, ikan, dan biji-bijian. Makanan kaya kalium yang disarankan termasuk pisang, ubi jalar, bayam, alpukat, dan jus jeruk.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa diet kaya kalium efektif dalam mengurangi tekanan darah dan mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Selain itu, makanan kaya kalium secara alami rendah natrium, yang membantu menyeimbangkan asupan kedua mineral ini?.
Walaupun kalium memiliki manfaat penting dalam pengelolaan tekanan darah, konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan, terutama pada individu dengan gangguan fungsi ginjal. Ginjal yang sehat berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh melalui urin. Namun, ketika ginjal tidak bekerja dengan baik, kadar kalium dalam darah bisa meningkat, menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai hiperkalemia. Gejala hiperkalemia termasuk mual, detak jantung tidak teratur, dan dalam kasus ekstrem, kematian.
Garam kalium menawarkan solusi praktis bagi penderita hipertensi yang ingin mengurangi asupan natrium tanpa kehilangan rasa. Dengan memperhatikan jumlah asupan kalium yang direkomendasikan dan mengadopsi pola makan sehat, seperti diet DASH, penderita hipertensi dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan mengurangi risiko komplikasi kesehatan. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum melakukan perubahan besar dalam diet, terutama jika ada kondisi medis yang mendasarinya. Kalium mungkin merupakan "kunci" untuk menjaga tekanan darah tetap terkendali, tetapi seperti semua hal, konsumsinya harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu masing-masing.
Referensi:
Greer RC, Marklund M, Anderson CAM, Cobb LK, Dalcin AT, Henry M, et al. Potassium-enriched salt substitutes as a means to lower blood pressure. Hypertension. 2020 Feb;75(2):266–74. doi:10.1161/hypertensionaha.119.13241
American Heart Association. How potassium can help control high blood pressure [Internet]. 2024 [cited 2024 Sept 16]. Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/changes-you-can-make-to-manage-high-blood-pressure/how-potassium-can-help-control-high-blood-pressure
Huang L, Li Q, Wu JH, Tian M, Yin X, Yu J, et al. The contribution of sodium reduction and potassium increase to the blood pressure lowering observed in the salt substitute and stroke study. Journal of Human Hypertension. 2024 Feb 21;38(4):298–306. doi:10.1038/s41371-024-00896-4
Sumber gambar: canva.com