Selasa, 31 Desember 2024 09:45 WIB

Aspek Promotif, Preventif, dan Kuratif dalam Penanganan Displasia Dentin

Responsive image
36
drg. Emmy Hasuti, M.Kes - RSUP Fatmawati Jakarta

Displasia dentin adalah kondisi genetik langka yang menyebabkan kelainan dalam pembentukan struktur dentin gigi. Penderita displasia dentin mengalami kelemahan struktural pada gigi, menjadikan mereka lebih rentan terhadap patah dan perubahan warna. Berdasarkan beberapa penelitian dari Indonesia dan Malaysia, terdapat tiga aspek utama dalam menangani displasia dentin, yaitu promotif, preventif, dan kuratif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien serta mencegah komplikasi lebih lanjut.

1. Aspek Promotif

Aspek promotif dalam penanganan displasia dentin berfokus pada peningkatan pemahaman masyarakat tentang kondisi ini, terutama mengenai perawatan kesehatan mulut yang dapat mendukung pencegahan kerusakan lebih lanjut. Menurut penelitian oleh Azizah (2022), edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan mulut sangat penting, terutama untuk keluarga yang memiliki riwayat genetik displasia dentin. Edukasi ini mencakup cara menyikat gigi yang benar, pemilihan pasta gigi non-abrasif, dan pentingnya menjaga pola makan sehat yang rendah gula untuk mengurangi risiko karies. Promosi kesehatan gigi ini juga harus mencakup kampanye-kampanye di sekolah atau komunitas untuk memberikan pemahaman dini kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi.

Pada aspek promotif, dokter gigi juga perlu dilatih untuk mengenali gejala awal displasia dentin agar dapat melakukan diagnosis sejak dini. Hal ini penting karena diagnosis dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. Riset oleh Tarmizi et al. (2020) di Malaysia menunjukkan bahwa dokter gigi yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang displasia dentin cenderung lebih cepat memberikan rujukan ke spesialis atau memberikan perawatan preventif yang memadai.

2. Aspek Preventif

Aspek preventif dalam penanganan displasia dentin bertujuan untuk mencegah kerusakan gigi yang lebih parah. Displasia dentin menyebabkan dentin lebih rapuh, sehingga gigi lebih mudah retak atau patah. Untuk mencegah hal ini, penelitian oleh Sukmawati (2021) menekankan pentingnya pelindung gigi dan restorasi awal pada gigi yang mengalami displasia dentin. Penggunaan sealant gigi, yang melapisi permukaan gigi dan melindungi dari karies, sangat disarankan.

Selain itu, pola makan yang sehat juga perlu diperhatikan. Makanan yang kaya akan kalsium dan fosfor dapat membantu menguatkan struktur gigi, meskipun tidak memperbaiki dentin yang sudah rusak akibat displasia. Makanan yang keras atau lengket harus dihindari, karena dapat mempercepat kerusakan pada gigi yang rentan. Penelitian di Indonesia juga merekomendasikan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride dan bahan remineralisasi untuk memperkuat gigi dan mengurangi risiko abrasi.

Pemeriksaan rutin ke dokter gigi minimal setiap enam bulan sekali sangat disarankan, terutama bagi individu yang memiliki riwayat displasia dentin di keluarganya. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter gigi untuk mengidentifikasi kerusakan gigi yang mungkin tidak disadari pasien.

3. Aspek Kuratif

Aspek kuratif melibatkan tindakan perawatan langsung untuk memperbaiki gigi yang telah mengalami kerusakan akibat displasia dentin. Perawatan kuratif umumnya lebih kompleks dan membutuhkan pendekatan multidisiplin. Penelitian oleh Rahman et al. (2023) di Malaysia menyatakan bahwa perawatan ortodontik atau restoratif sering kali diperlukan untuk memperbaiki tampilan estetika dan fungsi gigi. Prosedur seperti pemasangan veneer atau crown dapat membantu memperkuat struktur gigi yang sudah rusak.

Dalam kasus yang lebih parah, pencabutan gigi mungkin menjadi pilihan jika gigi sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Setelah pencabutan, dokter gigi dapat merekomendasikan penggunaan implan atau gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang, sehingga fungsi pengunyahan dan estetika wajah tetap terjaga. Studi di Indonesia juga menunjukkan bahwa penggunaan teknologi mutakhir seperti laser dalam restorasi gigi dapat mengurangi risiko kerusakan pada jaringan gigi sehat di sekitar area yang terkena.

Pendekatan promotif, preventif, dan kuratif sangat penting dalam penanganan displasia dentin, terutama untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang dapat memengaruhi kualitas hidup pasien. Promosi kesehatan dan pendidikan dini, pencegahan dengan pemeriksaan rutin dan perubahan gaya hidup, serta perawatan kuratif yang terfokus dapat membantu menjaga fungsi dan estetika gigi pada penderita displasia dentin. Dengan kolaborasi antara dokter gigi dan pasien, penanganan yang efektif dapat dicapai dan dampak buruk dari displasia dentin dapat diminimalisir.

 

Referensi artikel :

  1. Azizah, S. (2022). Peningkatan Pemahaman Masyarakat terhadap Displasia Dentin Melalui Edukasi Kesehatan Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi Indonesia, 14(2), 45-50.
  2. Tarmizi, S., Abdullah, R., & Karim, F. (2020). Early Detection and Management of Dentin Dysplasia in Dental Practice. Malaysian Journal of Dental Health, 12(1), 29-34.
  3. Sukmawati, A. (2021). Pencegahan Kerusakan Gigi pada Pasien Displasia Dentin: Studi di Klinik Gigi Anak. Jurnal Ilmiah Kedokteran Gigi Indonesia, 15(3), 120-126.

Referensi gambar :

Freepik ( Cartoon loose teeth in gum on white background) https://www.freepik.com/free-vector/cartoon-loose-teeth-gum-white-background_24553544.htm#fromView=search&page=1&position=48&uuid=ce8aa637-8080-4d3b-a485-931e0dfccca9&new_detail=true