Selasa, 31 Desember 2024 14:54 WIB

Infeksi Oportunistik pada ODHA (Orang dengan HIV AIDS)

Responsive image
167
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

HIV / AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) telah menjadi masalah darurat global dan merupakan salah satu penyakit menular yang membahayakan jiwa. Hingga saat ini, penyakit ini terus menjadi fokus perhatian yang serius. Tanpa pengobatan, HIV secara perlahan dapat merusak sistem kekebalan tubuh, yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya AIDS. Infeksi HIV adalah penyakit jangka panjang yang dapat dikelola dengan penggunaan obat ARV seumur hidup. Antiretroviral, yang dikenal sebagai ARV, merupakan obat utama yang terbukti efektif dalam menghambat perkembangan virus HIV dalam tubuh. ARV bekerja dengan menurunkan jumlah virus HIV dalam darah, sehingga sistem kekebalan tubuh (CD4) tetap terjaga. Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat ARV merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan sebelum memulai pengobatan. Adherence atau kepatuhan berarti mengonsumsi ARV sesuai dengan petunjuk dokter, yang mencakup meminum obat pada waktu yang tepat, mengikuti anjuran dokter terkait dengan konsumsi makanan atau tanpa makanan, serta menghindari interaksi obat. Dengan mematuhi petunjuk dokter, kadar obat ARV dalam darah akan terjaga cukup untuk memberikan perlindungan selama 24 jam. Penurunan kadar obat dalam darah dapat menyebabkan peningkatan resistensi obat. Tujuan utamanya adalah untuk mengonsumsi obat ARV setiap hari tanpa terlewatkan.

1.    Kepatuhan terapi ARV

Kepatuhan adalah faktor yang paling krusial dalam menentukan keberhasilan terapi virologi HIV. Pasien yang mematuhi penggunaan obat dengan benar atau hampir seluruh dosis mereka menunjukkan hasil terbaik. Terapi ARV untuk HIV bersifat seumur hidup, sehingga diperlukan tingkat kepatuhan yang tinggi (lebih dari 95%) dalam mengonsumsi obat. Kepatuhan dalam pengobatan sangat penting untuk mengurangi replikasi virus, memperbaiki kondisi klinis dan imunologis, mengurangi resistansi terhadap ARV, serta menurunkan risiko transmisi HIV. Kepatuhan berarti mengonsumsi obat sesuai dosis yang dianjurkan, tidak pernah lupa, tepat waktu, dan konsisten. Kepatuhan dalam mengonsumsi ARV adalah faktor kunci dalam mengurangi jumlah virus HIV dalam tubuh. Penurunan jumlah virus yang stabil dan berkelanjutan bertujuan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap tinggi. Dengan demikian, individu yang terinfeksi HIV dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik serta mengurangi risiko penyakit dan kematian. Salah satu aspek penting dalam meningkatkan kepatuhan adalah memberikan dukungan kepada pasien, bukan dengan menyalahkan mereka.

2.    Infeksi Oportunistik (IO) pada ODHA

Infeksi Oportunistik (IO) merupakan infeksi yang memanfaatkan kelemahan sistem kekebalan tubuh manusia. Sebanyak 62% orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mengalami penyakit penyerta berupa tuberkulosis paru (TB paru), yang terlihat pada grafik di atas. Tuberkulosis (TB) adalah salah satu infeksi yang paling umum ditemukan pada penderita HIV/AIDS. Infeksi HIV merusak sistem kekebalan tubuh, yang mengakibatkan rentannya tubuh terhadap infeksi oportunistik, termasuk TB. Kematian akibat infeksi TB pada penderita HIV lebih tinggi, dan TB menjadi penyebab kematian utama (30-50%) pada pasien HIV/AIDS. Selain menyulitkan diagnosis TB, HIV juga meningkatkan angka kejadian TB. Orang dengan HIV memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami TB dibandingkan dengan mereka yang tidak terinfeksi HIV.

3.    Infeksi Oportunistik (IO) dengan Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA

Faktor infeksi oportunistik yang membuat pasien merasa semakin buruk berperan besar dalam mempengaruhi tingkat kepatuhan terhadap pengobatan ARV. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ART secara signifikan mengurangi insiden infeksi oportunistik, mendukung pemulihan, dan perbaikan infeksi tersebut, termasuk infeksi yang belum memiliki terapi profilaksis atau spesifik. Meskipun terapi antiretroviral tidak bisa menggantikan kebutuhan profilaksis antimikroba pada pasien dengan imunosupresi berat, terapi ini tetap menjadi dasar strategi untuk mengurangi berbagai infeksi dan proses terkait HIV.

 

Referensi :

Hartadi, S. T., Kaligis, F., Ismail, R. I., Damping, C. E., & Kurniati, N. 2017. Gangguan Mental pada Anak dan Remaja dengan HIV serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

Krisdayanti, E., & Hutasoit, J. I. 2019. Pengaruh Coping Strategies terhadap Kesehatan Mental dan Kualitas Hidup Penderita HIV/AIDS positif. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa.

Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. 2015. Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan, dan Keterbukaan Masyarakat Terhadap Gangguan Kesehatan Mental).