Senin, 13 Januari 2025 16:41 WIB

Mencegah dan Menangani Dilaserasi Gigi: Pentingnya Edukasi, Nutrisi, dan Pencegahan Trauma

Responsive image
317
drg.Emmy Hastuti, M.Kes - RSUP Fatmawati Jakarta

Dilaserasi gigi merupakan kelainan pada bentuk gigi, di mana terdapat perubahan signifikan pada arah pertumbuhan akar atau mahkota. Kelainan ini biasanya diakibatkan oleh trauma selama perkembangan gigi, baik karena faktor genetik maupun karena cedera pada gigi permanen yang sedang tumbuh. Meskipun dilaserasi tidak selalu menyebabkan masalah klinis yang serius, kondisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi normal, menyebabkan masalah oklusi, dan menyulitkan perawatan gigi. Oleh karena itu, pendekatan promotif dan preventif menjadi penting dalam menangani kasus dilaserasi.

Definisi dan Penyebab Dilaserasi Gigi

Dilaserasi terjadi ketika gigi mengalami kelengkungan atau perubahan sudut yang abnormal, baik pada akar maupun mahkota gigi. Penyebab utama dilaserasi adalah trauma mekanik selama perkembangan gigi, seperti benturan keras pada rahang atau mulut. Selain itu, faktor genetik dan kelainan pada perkembangan jaringan juga berkontribusi terhadap kondisi ini. Proses inflamasi atau infeksi pada jaringan lunak selama pertumbuhan gigi juga dapat menyebabkan perubahan arah pertumbuhan gigi.

Aspek Promotif dalam Dilaserasi Gigi

Pendekatan promotif bertujuan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat melalui edukasi dan kampanye pencegahan sebelum masalah terjadi. Upaya pencegahan dilaserasi berfokus pada beberapa hal penting:

Edukasi tentang Trauma Gigi

Memberikan pemahaman kepada orang tua dan guru tentang bahaya trauma gigi serta cara melindungi gigi anak selama masa pertumbuhan sangatlah penting. Misalnya, penggunaan pelindung mulut (mouth guard) saat anak bermain atau berolahraga dapat mengurangi risiko cedera yang dapat menyebabkan dilaserasi.

Pemeriksaan Gigi Rutin

Promosi pemeriksaan gigi secara berkala pada anak dan remaja sangat penting untuk deteksi dini. Dengan pemeriksaan rutin, dokter gigi dapat memantau pertumbuhan gigi dan mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi. Pemeriksaan dengan sinar-X (radiografi) dapat membantu mengidentifikasi dilaserasi sebelum gigi tumbuh keluar.

Nutrisi untuk Pertumbuhan Gigi yang Sehat

Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya nutrisi yang mendukung pertumbuhan gigi, seperti konsumsi makanan yang kaya akan kalsium, fosfor, dan vitamin D. Nutrisi yang baik dapat membantu pertumbuhan gigi yang kuat dan sehat, sehingga risiko kelainan seperti dilaserasi dapat berkurang.

Aspek Preventif pada Dilaserasi Gigi

Pencegahan dilaserasi gigi memerlukan langkah-langkah yang efektif, termasuk pencegahan primer, sekunder, dan tersier, untuk mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer mencakup tindakan yang dilakukan sebelum masalah terjadi. Dalam konteks dilaserasi gigi, ini mencakup pencegahan trauma yang dapat mengganggu perkembangan gigi. Penggunaan pelindung mulut saat berolahraga dan perhatian khusus pada anak-anak yang rentan cedera gigi dapat mencegah trauma yang berpotensi menyebabkan dilaserasi.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan mendeteksi kelainan sedini mungkin agar dapat dilakukan intervensi sebelum masalah menjadi lebih serius. Deteksi dini melalui pemeriksaan gigi rutin sangat penting. Jika dilaserasi terdeteksi, perawatan ortodonti dapat dilakukan untuk memperbaiki posisi gigi sebelum kondisinya memburuk.

Pencegahan Tersier

Jika dilaserasi sudah terjadi dan memengaruhi fungsi gigi, langkah-langkah preventif tersier dilakukan. Ini termasuk manajemen kasus melalui perawatan restoratif, seperti penambahan atau pencabutan gigi yang terkena dilaserasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Edukasi pasien tentang perawatan mulut pasca trauma dan pencegahan infeksi juga penting untuk menjaga kesehatan gigi jangka panjang.

Pendekatan promotif dan preventif dalam penanganan dilaserasi gigi sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mencegah komplikasi. Edukasi masyarakat, pencegahan trauma, serta pemeriksaan gigi yang rutin adalah langkah kunci dalam mencegah dilaserasi. Dengan deteksi dini dan perawatan yang tepat, masalah yang diakibatkan oleh dilaserasi dapat diminimalkan sehingga kesehatan gigi dapat terjaga dengan optimal.

 

Referensi : 

Andreasen, J. O., & Andreasen, F. M. (2007). Traumatic Dental Injuries: A Manual. Blackwell Munksgaard.

Walton, R. E., & Torabinejad, M. (2008). Principles and Practice of Endodontics. Elsevier Health Sciences.

Andreasen, J. O., Bakland, L. K., Flores, M. T. (2019). Traumatic Dental Injuries: Treatment of Fractures, Luxations, and Avulsions. Wiley-Blackwell.

Sumber gambar : 

Freepik (Beauty caries adult chair assistant canal) https://www.freepik.com/free-photo/beauty-caries-adult-chair-assistant-canal_1206529.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=e30349d3-58c2-403b-b3a6-e92fe3152ff2&new_detail=true