Arthritis Rheumatoid (AR) adalah salah satu jenis penyakit autoimun yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan. Penyakit ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh, yang biasanya berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi, justru menyerang jaringan tubuh yang sehat, terutama pada bagian sendi. Dalam hal ini, AR biasanya mempengaruhi sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki, namun bisa juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti siku, lutut, dan leher. Penyakit ini bukan hanya mempengaruhi orang lanjut usia; arthritis rheumatoid bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia atau jenis kelamin, meskipun lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria. Meski gejalanya bisa bervariasi dari ringan hingga berat, AR sering menyebabkan rasa nyeri, pembengkakan, dan kekakuan pada sendi yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam kasus yang lebih parah, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sendi dan bahkan memengaruhi organ tubuh lainnya, seperti paru-paru dan jantung. Proses peradangan yang terjadi pada AR bisa menyebabkan kerusakan yang berlangsung lama, dan tanpa penanganan yang tepat, penderita dapat mengalami penurunan kualitas hidup. Meskipun AR tidak memiliki penyembuhan total, pengobatan dan pengelolaan gejala yang tepat dapat membantu pasien untuk menjalani hidup yang lebih baik, mengurangi rasa sakit, dan mencegah kerusakan sendi lebih lanjut. Penting untuk memahami gejala dan penyebab dari arthritis rheumatoid agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan perawatan sejak dini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya, serta cara-cara yang dapat membantu mengelola gejalanya, seseorang yang didiagnosis dengan AR bisa mendapatkan perawatan yang lebih efektif. Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi yang komprehensif mengenai gejala, penyebab, dan pengelolaan arthritis rheumatoid, serta pentingnya peran dokter dan dukungan medis dalam proses perawatan penyakit ini.
Gejala Arthritis Rheumatoid
1. Nyeri Sendi
Salah satu gejala utama arthritis rheumatoid adalah rasa nyeri pada sendi, terutama di pagi hari atau setelah lama tidak bergerak. Nyeri biasanya terasa pada kedua sisi tubuh, seperti pada tangan, pergelangan tangan, lutut, dan kaki.
2. Pembengkakan Sendi
Sendi yang terkena AR sering kali terlihat bengkak dan terasa kaku. Pembengkakan ini disebabkan oleh peradangan yang terjadi di sekitar sendi.
3. Kekakuan Pagi Hari
Banyak penderita arthritis rheumatoid yang merasakan kekakuan sendi yang parah saat bangun tidur, yang berlangsung lebih dari 30 menit. Kekakuan ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Kelelahan
Penderita AR sering merasa sangat lelah atau kehabisan energi, bahkan setelah tidur yang cukup. Hal ini disebabkan oleh proses peradangan dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat energi.
5. Penurunan Rentang Gerak
Seiring waktu, peradangan kronis pada sendi dapat mengurangi fleksibilitas dan rentang gerak. Ini dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti memegang benda atau berjalan.
6. Demam dan Penurunan Berat Badan
Beberapa orang dengan arthritis rheumatoid juga mengalami demam ringan atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Penyebab Arthritis Rheumatoid
Penyebab pasti dari arthritis rheumatoid belum sepenuhnya diketahui, namun beberapa faktor berikut diperkirakan berkontribusi :
a. Faktor Genetik
Faktor genetik memainkan peran penting dalam pengembangan AR. Jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit ini, kemungkinan seseorang untuk mengalaminya juga lebih tinggi. Beberapa gen tertentu juga dapat meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit ini.
b. Sistem Kekebalan Tubuh
AR adalah penyakit autoimun, yang berarti bahwa sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuh yang sehat. Pada AR, sistem imun menyerang membran sinovial (lapisan jaringan yang melapisi sendi), menyebabkan peradangan yang dapat merusak tulang, ligamen, dan tendon.
c. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan dapat memicu munculnya atau memperburuk gejala AR, termasuk infeksi virus atau bakteri. Merokok juga telah terbukti meningkatkan risiko seseorang mengembangkan AR, terutama pada mereka yang memiliki faktor genetik yang rentan.
d. Hormon
Arthritis rheumatoid lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dan ini mungkin berhubungan dengan fluktuasi hormon, terutama hormon estrogen. Banyak wanita yang pertama kali mengembangkan penyakit ini setelah masa pubertas atau setelah melahirkan.
e. Stres
Stres fisik atau emosional dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memperburuk gejala penyakit autoimun, termasuk AR.
Referensi:
Firestein, G. S., & Budd, R. C. 2017. Kelley’s Textbook of Rheumatology (10th ed.).
McInnes, I. B., & Schett, G. 2011. The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. The New England Journal of Medicine.
Van der Helm-van Mil, A. H. M., & Huizinga, T. W. J. 2018. Functional Genomics of Rheumatoid Arthritis : Genetic Risk Factors and Disease Mechanisms. Journal of Clinical Investigation.
Wolfe, F., & Hawley, D. J. 2016. The Impact of Rheumatoid Arthritis on Health Status. Arthritis & Rheumatism.
Klareskog, L., Catrina, A. I., & Paget, S. 2019. Rheumatoid Arthritis. The Lancet.
Smolen, J. S., Aletaha, D., & McInnes, I. B. 2016. Rheumatoid Arthritis.