Air adalah elemen vital dalam tubuh manusia yang krusial untuk kelangsungan hidup. Ia berfungsi dalam proses metabolisme, mengatur tekanan osmotik, menjaga keseimbangan elektrolit, dan mengontrol suhu tubuh. Kekurangan asupan air dapat mengakibatkan dehidrasi dan berbagai masalah, seperti penurunan kinerja kognitif dan fisik, serta munculnya berbagai penyakit pada sistem urinaria, kardiovaskular, dan kulit. Sawar berperan krusial dalam mencegah dehidrasi pada tubuh manusia. Peran ini diemban oleh lapisan terluar epidermis, yaitu Stratum Korneum (SK), yang membedakan antara kondisi internal tubuh yang lembap dan lingkungan eksternal yang cenderung lebih kering. Fungsi sawar kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah hidrasi yang tergantung pada jumlah air yang ada di dalamnya.
Kadar air pada kulit sekitar 30%, yang berperan dalam kenyamanan, elastisitas, dan ketahanan kulit. Kandungan air pada kulit juga berperan dalam berbagai proses enzimatik hidrolisis yang penting untuk deskuamasi normal. Ketika kadar air menurun, proses enzimatik terganggu, yang mengakibatkan terjadinya adhesi dan akumulasi keratinosit di permukaan kulit. Akibatnya, kulit menjadi kering, kasar, dan dapat menimbulkan rasa gatal, ketidaknyamanan, serta meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Peningkatan kadar air, di sisi lain, dapat membuat struktur stratum korneum yang padat menjadi lebih longgar dan terbuka, sehingga memungkinkan penetrasi obat yang lebih baik. Selain itu, kerusakan pada lapisan pelindung kulit dapat menyebabkan peningkatan penguapan air yang dikenal sebagai Transepidermal Water Loss (TEWL). Salah satu metode untuk mencegah penurunan kadar air di kulit adalah dengan memastikan asupan cairan yang cukup untuk menjaga hidrasi kulit yang optimal. Kebutuhan cairan harian minimal yang diperlukan tubuh sekitar 2500 ml. Jumlah ini adalah kebutuhan dasar untuk menjaga hidrasi tubuh secara keseluruhan agar berfungsi dengan baik. Namun, hingga saat ini, belum ada data yang secara spesifik menghubungkan antara asupan cairan dan dampaknya terhadap kelembapan kulit.
Efek Asupan Cairan pada Struktur dan Molekuler Kulit
Kadar air pada kulit sekitar 30?rperan penting dalam kekenyalan, elastisitas, serta daya tahan kulit. Stratum Korneum (SK) berfungsi sebagai pelindung terhadap kekeringan lingkungan dan masuknya bahan kimia serta mikroba berbahaya. Proses deskuamasi kulit sangat krusial untuk mencegah hal tersebut. Dalam deskuamasi, terjadi korneodesmolisis, yaitu pelepasan atau kerusakan korneodesmosom yang berperan dalam adhesi korneosit, yang dipicu oleh enzim Stratum Corneum Chymotryptic Enzyme (SCCE). Enzim ini memerlukan air untuk menjalankan proses hidrolisis enzimatik yang diperlukan untuk deskuamasi yang normal. Jika kandungan air dalam stratum korneum tidak mencukupi, proses deskuamasi akan terhambat, yang dapat menyebabkan adhesi dan penumpukan korneosit di permukaan kulit, sehingga mengakibatkan kekeringan. Kadar air di dalam kulit juga berpengaruh pada kelarutan bahan aktif dalam SK.
Peningkatan kadar air membuat struktur SK yang padat menjadi lebih longgar dan terbuka, sehingga memperbaiki penetrasi obat. Selain itu, gangguan pada penghalang kulit dapat meningkatkan kehilangan air transepidermal (TEWL), yang menurunkan kadar air di SK dan mengakibatkan deskuamasi korneosit yang abnormal. Untuk mencegah TEWL yang berlebihan, kulit menghasilkan lipid intraseluler sebagai lapisan oklusif di permukaannya. Jika gangguan deskuamasi SK berlanjut, kekeringan kulit akan semakin parah dan dapat memicu rasa gatal serta komplikasi infeksi.
Selain Minum Air, Berikut adalah Beberapa Cara Lain untuk Mencegah dan Mengatasi Dehidrasi.
1. Kurangi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein, seperti kopi dan teh.
2. Pastikan untuk minum air saat berolahraga, minimal beberapa teguk setiap 20 menit.
3. Hindari mandi dengan air panas, karena dapat mengurangi kelembapan kulit.
4. Gunakan pelembap untuk menjaga kelembapan kulit dan mencegah kekeringan.
5. Pertimbangkan penggunaan humidifier untuk menjaga kelembapan kulit, terutama di ruangan ber-AC atau tempat dengan kelembapan rendah, jika memungkinkan.
6. Perbanyak konsumsi makanan sehat untuk kulit, seperti ikan berlemak, alpukat, buah kiwi, wortel, bayam, dan biji rami.
Referensi :
Adiningsih, R. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Heat Strain pada Tenaga Kerja yang Terpapar Panas di PT. Aneka Boga Makmur. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health.
Akdeniz M,Tomova-Simitchieva T, Dobos G, Blume-Peytavi U, Kottner J. 2018. Does Dietary Fluid Intake Affect Skin Hydration in Healthy Humans? A Systematic Literature Review. Ski Res Technol.
Mac-Mary S, Creidi P, Marsaut D, Courderot-Masuyer C, Cochet V, Gharbi T, dkk. 2006. Assessment of Effects of an Additional Dietary Natural Mineral Water Uptake on Skin Hydration in Healthy Subjects by Dynamic Barrier Function Measurements and Clinic Scoring. Ski Res Technol.
Palma ML, Tavares L, Fluhr JW, Bujan MJ, Rodrigues LM. 2015. Relationship between Water Consumption and Overall Skin Health in Individuals Ages 18-24. Ski Res Technol.