Rabu, 26 Februari 2025 09:36 WIB

Kanker Serviks, Bisa Dicegah, Bisa Dieliminasi

Responsive image
28
dr. Renny Anggia Julianti, SpOG - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim, yaitu 1/3 bagian bawah rahim yang berbentuk seperti tabung. Berdasarkan data dari GLOBOCAN, kanker serviks adalah kanker perempuan tersering nomor 4 di dunia dengan perkiraan sekitar 660.000 kasus baru dan 350.000 kematian pada tahun 2022. Di Indonesia sendiri, kanker serviks merupakan kanker nomor 2 tersering pada perempuan setelah kanker payudara dengan perkiraan 36.964 kasus baru dan dan 20.708 kematian pada tahun 2022. Data dari kanker registrasi Divisi Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM menyatakan bahwa, kanker serviks merupakan kanker organ kandungan dengan jumlah terbanyak. Pada tahun 2018 – 2020, 77,9 persen dari kasus kanker serviks yang datang ke RSCM adalah stadium IIB ke atas yang dikategorikan sebagai stadium lanjut.

Tingginya angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks menjadi suatu ironi, karena kanker ini termasuk jenis kanker yang penyebabnya sudah diketahui dan dapat dicegah melalui vaksinasi. Selain itu, sebelum berkembang menjadi kanker, dapat terbentuk suatu lesi prakanker di serviks yang dapat diobati sehingga kelainan tidak berlanjut menjadi kanker.

Sebagian besar kasus kanker serviks (97%) disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV). Terdapat sekitar 200 jenis HPV yang dikelompokkan menjadi HPV risiko tinggi dan HPV risiko rendah. HPV risiko tinggi adalah jenis yang dapat memicu kanker serviks, dengan tipe 16 dan 18 sebagai penyebab paling umum, diikuti oleh tipe 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, dan 59. Sementara itu, HPV risiko rendah umumnya menyebabkan kutil kelamin, seperti tipe 6 dan 11. Virus HPV dapat menyebar melalui kontak kulit dengan lapisan mukosa serviks, yaitu lapisan terluar pada dinding serviks, salah satunya melalui aktivitas seksual, juga kontak antara kulit ke kulit. Selain menyebabkan kanker serviks, HPV juga menjadi penyebab beberapa kanker lain yaitu kanker anus, vagina, vulva, penis, dan orofaring.

Agar virus HPV dapat menyebabkan infeksi dan berkembang menjadi lesi prakanker pada serviks, terdapat sejumlah faktor risiko yang berperan. Faktor-faktor tersebut meliputi aktivitas seksual di usia muda, memiliki banyak pasangan seksual, kebiasaan merokok, sistem kekebalan tubuh yang lemah, kebersihan area kewanitaan yang kurang terjaga, serta usia menstruasi pertama yang terlalu dini. Faktor-faktor ini meningkatkan paparan terhadap virus HPV dan mempermudah virus tersebut untuk menginvasi sel-sel di serviks.

Virus HPV membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 15 tahun untuk berkembang menjadi kanker serviks. Seperti infeksi virus lainnya, infeksi HPV sering kali sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang dari satu tahun. Namun, pada beberapa kasus, virus ini dapat bertahan dan menginfeksi sel-sel serviks, menyebabkan perubahan pada DNA sel, dan membentuk lesi prakanker. Lesi prakanker pada serviks terbagi menjadi derajat rendah dan derajat tinggi. Lesi  derajat rendah dapat sembuh tanpa pengobatan, sedangkan lesi derajat tinggi memerlukan pengobatan untuk mencegah perkembangannya menjadi kanker serviks.

Dengan mengenal perjalanan alamiah dari kanker serviks, kita mengetahui ada beberapa cara untuk mencegahnya sebelum menjadi kanker. Pencegahan awal adalah sebelum terdapat infeksi HPV, yaitu dengan vaksinasi HPV. Pencegahan lanjutan adalah dengan mendeteksi dan mengobatinya selama masih menjadi lesi prakanker serviks. Ada beberapa cara untuk deteksi dini lesi prakanker serviks, yaitu dengan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), pap smear, dan tes DNA HPV. Deteksi dini dapat dilakukan salah satu tes saja, namun juga dapat dikombinasikan, yang biasa kita kenal dengan co-testing, yaitu dengan memadukan tes DNA HPV dengan IVA atau tes DNA HPV dengan pap smear. Deteksi dini lesi prakanker serviks sebaiknya dilakukan setiap 1 – 3 tahun, dan apabila dilakukan co-testing maka dapat dilakukan setiap 5 tahun. Pemeriksaan deteksi dini dapat dilakukan pada semua pasien yang sudah aktif secara seksual dan disarankan dimulai sejak usia 21 tahun atau 3 tahun setelah hubungan seksual pertama.

Prinsip pemeriksaan ini adalah mendeteksi perubahan sel dengan mengamati perubahan warna pada serviks setelah diaplikasikan asam asetat. Tes IVA dapat dilakukan oleh bidan, dokter umum, atau dokter kandungan, sehingga dapat dilaksanakan di fasilitas kesehatan primer maupun lanjutan. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang singkat, yaitu sekitar 5 – 10 menit dan hasil pemeriksaannya dapat langsung diketahui dan juga dapat didokumentasikan, yang dikenal dengan metode Do-IVA (dokumentasi IVA), sehingga hasilnya dapat disimpan oleh dokter maupun pasien.

Pemeriksaan pap smear dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari serviks, yang kemudian dioleskan pada kaca objek untuk dianalisis di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi perubahan pada sel-sel serviks dan membutuhkan dokter patologi anatomi serta laboratorium untuk memproses dan menganalisis hasilnya. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi perubahan sel yang mengarah pada lesi prakanker, baik derajat ringan maupun berat. Pap smear  memiliki beberapa persyaratan, yaitu dilakukan setelah klien tidak berhubungan seksual selama tiga hari, berada di luar periode menstruasi, serta tidak menggunakan sabun atau cairan pembersih vagina sebelumnya.

Tes DNA HPV digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi HPV pada sel serviks. Pemeriksaan ini juga menggunakan lendir serviks sebagai sampel, yang kemudian dianalisis menggunakan metode PCR untuk mendeteksi keberadaan virus HPV. Beberapa tes dapat membedakan virus HPV yang ditemukan menjadi virus HPV tipe risiko tinggi dan bukan risiko tinggi. Selain itu, terdapat pemeriksaan genotyping yang dapat menentukan tipe HPV spesifik yang menginfeksi. World Health Organization (WHO) merekomendasikan tes DNA HPV sebagai metode skrining utama, namun karena membutuhkan PCR, tes ini hanya dapat dilakukan di rumah sakit atau laboratorium yang memiliki fasilitas memadai.

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan abnormalitas, dokter akan melakukan tindak lanjut berupa pemeriksaan diagnostik lanjutan, seperti biopsi, atau langsung memberikan pengobatan. Lesi prakanker dapat diatasi dengan beberapa metode, seperti aplikasi cairan trichloroacetic acid (TCA), pembekuan menggunakan krioterapi, atau penghancuran jaringan melalui prosedur cold coagulation. Ketiga prosedur ini dapat dilakukan secara rawat jalan dengan efek samping yang minimal. Selain itu, terdapat juga prosedur yang bersifat diagnostik sekaligus terapeutik, seperti terapi eksisi berupa loop electrosurgical excision procedure (LEEP), large loop excision of transformation zone (LLETZ), atau konisasi.

Sebagai bagian dari upaya deteksi dini kanker serviks, Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM-FKUI bersama Female Cancer Programme (FCP) mempersembahkan Layanan Gratis Deteksi Dini Berkualitas untuk masyarakat umum di RSCM Kintani, yang berlokasi di Jl. Raden Saleh, Jakarta Pusat. Layanan ini tersedia di hari Selasa dan Jumat, pada pukul 9.00 – 12.00. Selain itu, layanan menggunakan BPJS dapat diakses di poli ginekologi RSCM Kiara, serta bagi klien yang menginginkan layanan privat, dapat mengunjungi Women’s Health Center (WHC) RSCM Kencana.

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang dapat dicegah dan dideteksi sejak dini melalui langkah-langkah yang tepat, seperti vaksinasi HPV, deteksi dini (IVA, pap smear, atau tes DNA HPV), serta pengobatan lesi prakanker. Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan faktor risiko dan pentingnya deteksi dini, karena intervensi dini dapat mencegah perkembangan kanker serviks dan menyelamatkan banyak nyawa. Dengan dukungan fasilitas kesehatan, program deteksi dini, dan akses ke layanan berkualitas, kita dapat bersama-sama menekan angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks.

 

Referensi:

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Bray F , Laversanne M , Sung H , et al. Global cancer statistics 2022: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA Cancer J Clin. 2024; 1-35. [Tanggal unduh 8 April 2024]

<!--[if !supportLists]-->International Agency for Research on Cancer (IARC). Indonesia fact sheet. [Artikel di Internet] Diunduh dari https://gco.iarc.who.int/media/globocan/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheet.pdf. Tanggal unduh 9 April 2024.

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->INASGO. Cancer Registry Cipto Mangunkusumo Hospital. [Artikel di Internet] Diunduh dari http://inasgo.org. [Tanggal Unduh 9 November 2024]

<!--[if !supportLists]-->Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. 2022.

<!--[if !supportLists]-->Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia. Algoritma Skrining Kanker Serviks dan Tindak Lanjut Temuan Abnormal. 2023. Diunduh dari dari http://inasgo.org.

World Health Organization. WHO guideline for screening and treatment of cervical pre-cancer lesions for cervical cancer prevention. July 2021. Diunduh dari https://www.who.int/publications/i/item/9789240030824                                             

Sumber gambar:

https://www.freepik.com/free-photo/doctor-holding-anatomic-model-high-angle_24799416.htm#fromView=search&page=1&position=7&uuid=b3ab0b49-9fda-4bd3-85df-69de7b49dc69&query=pap+smear