Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental paling umum di dunia (World Health Organization, 2023). Pada tahun 2019, 1 dari setiap 8 orang, atau 970 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental yaitu gangguan kecemasan (Javaid et al., 2023). Wanita lebih banyak terkena gangguan kecemasan daripada pria (World Health Organization, 2023). Tingkat prevalensi wanita adalah 4.862 per 100.000 sedangkan pria 2.933 per 100.000 (Javaid et al., 2023).
Gangguan kecemasan adalah kondisi dimana seseorang mengalami kekhawatiran yang berlebihan, berlarut dan sulit dikendalikan (Kementrian Kesehatan, 2023). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV, seseorang terdiagnosa gangguan kecemasan apabila mengalami tiga atau lebih dari enam gejala yaitu gelisah, mudah lelah, sulit konsentrasi, iritabilitas, dan ketegangan otot. Gejala tersebut dirasakan selama kurang lebih 6 bulan (Barton et al., 2014). Gejala yang timbul yaitu kesulitan berkonsentrasi, mudah tersinggung, tegang atau gelisah, jantung berdebar, berkeringat, gemetar atau sulit tidur. Gangguan kecemasan meningkatkan risiko depresi dan gangguan penggunaan zat serta risiko pikiran dan perilaku bunuh diri (World Health Organization, 2023)
Seseorang dengan gangguan kecemasan harus mendapat intervensi sedini mungkin untuk mencegah perburukan gejala. Intervensi untuk menurunkan kecemasan meliputi intervensi farmakologi dan intervensi non farmakologi. Intervensi non farmakologi dipilih karena mudah dan murah untuk dilaksanakan. Salah satu intervensi yang dapat mengurangi kecemasan adalah intervensi aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot rangka yang menghasilkan energi. Aktivitas fisik telah terbukti memberikan manfaat kesehatan terhadap penyakit kronis (Pedersen & Saltin, 2015) dan gangguan kecemasan (Bellon et al., 2021). Intervensi aktivitas fisik lebih hemat biaya, mudah diterapkan dan bisa dilakukan mandiri di rumah (Moreno-Peral et al., 2017).
Aktivitas fisik berhubungan dengan regulasi neurotrasnmiter, sistem neuroendokrin dan mekanisme neuroimun. Sistem neuroendokrin atau HPA (Hypothalamic pituitary adrenal) yaitu melibatkan hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal. Kelenjar pituitari dan hipotalamus menghasilkan hormon endorfin. Endorfin adalah polipeptida yang bersifat mengikat reseptor neuron di otak dan dapat memengaruhi penurunan kecemasan. Aktivitas fisik dapat meningkatkan hormon endorphin dan selanjutnya dapat menurunkan tingkat kecemasan.
Intervensi diawali dengan memberikan edukasi terkait pentingnya aktivitas fisik, memotivasi penderita melakukan aktivitas yang bisa dilakukan secara rutin dirumah dan diluar rumah. Aktivitas fisik yang mudah dilakukan didalam rumah seperti membersihkan rumah sampai dengan olahraga ringan hingga sedang ( dengan sepeda statis) didalam rumah. Aktivitas fisik diluar ruangan seperti jogging dan olahraga lain (Kusumo,2020). Aktivitas fisik ini terbukti menghasilkan manfaat fisiologis terhadap kesehatan muskuloskeletal,manfaat psikologis dan manfaat sosial yaitu meningkatnya kualitas interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Manfaat psikologis seperti relaksasi dan kebahagiaan, mengurangi kecemasan, mengurangi kelelahan mental dan memperbaiki kualitas tidur (Koay & Dillon,2020).
Referensi:
Barton, S., Karner, C., Salih, F., Ds, B., & Sj, E. (2014). Clinical effectiveness of interventions for treatment-resistant anxiety in older people: a systematic review. 18(50). https://doi.org/10.3310/hta18500
Bellon, J. A., Conejo-Ceron, S., Sanchez-Calderon, A., Rodriguez-Martin, B., Bellon, D., Rodriguez-Sanchez, E., Mendive, J. M., Ara, I., & Moreno-Peral, P. (2021). Effectiveness of exercise-based interventions in reducing depressive symptoms in people without clinical depression: Systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials. British Journal of Psychiatry, 219(5), 578–587. https://doi.org/10.1192/bjp.2021.5
Javaid, S. F., Hashim, I. J., Hashim, M. J., Stip, E., Samad, M. A., & Ahbabi, A. Al. (2023). Epidemiology of anxiety disorders: global burden and sociodemographic associations. Middle East Current Psychiatry, 30(1). https://doi.org/10.1186/s43045-023-00315-3
Kementrian Kesehatan. (2023). Gangguan Kecemasan. https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/kelainan-mental/gangguan-kecemasan-umum
Koay, W. I., & Dillon, D. (2020). Community gardening: Stress, well-being, and resilience potentials. International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(18), 1–31. https://doi.org/10.3390/ijerph17186740
Kusumo, M. P. (2020). Buku Pemantauan Aktivitas Fisik Mahendro Prasetyo Kusumo. In Yogyakarta: The Journal Publishing. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/35896/Buku pemantauan aktivitas fisik.pdf?sequence=1
Moreno-Peral, P., Conejo-Cerón, S., Rubio-Valera, M., Fernández, A., Navas-Campaña, D., Rodríguez-Morejón, A., Motrico, E., Rigabert, A., De Dios Luna, J., Martín-Pérez, C., Rodríguez-Bayón, A., Ballesta-Rodríguez, M. I., Luciano, J. V., & Bellón, J. Á. (2017). Effectiveness of psychological and/or educational interventions in the prevention of anxiety: A systematic review, meta-analysis, and meta-regression. JAMA Psychiatry, 74(10), 1021–1029. https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2017.2509
Pedersen, B. K., & Saltin, B. (2015). Exercise as medicine - Evidence for prescribing exercise as therapy in 26 different chronic diseases. Scandinavian Journal of Medicine and Science in Sports, 25, 1–72. https://doi.org/10.1111/sms.1258 Emotional Disturbance (unpublished www.ncbi.nlm.nih.gov/books
World Health Organization. (2023). Anxiety disorders. World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/anxiety-disorders