Hingga saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan kesehatan terbesar di dunia. Hipertensi, atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi, adalah kondisi ketika nilai tekanan darah seseorang melebihi batas normal. Seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, yang diukur dalam setidaknya dua kali kunjungan yang berbeda, dilakukan dalam kondisi tenang, dan dengan menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat. Pada tahun 2019, diperkirakan terdapat sekitar 1,3 miliar orang dewasa di dunia yang hidup dengan hipertensi. Prevalensi hipertensi sendiri meningkat seiring bertambahnya usia—sekitar 50 persen dari mereka yang berusia di atas 50 tahun mengalami kondisi ini. Ironinya, hampir 46% penderita hipertensi tidak menyadari kondisi mereka. Dari penderita yang telah terdiagnosis hipertensi, hanya sekitar 42% yang menjalani pengobatan, dan hanya sekitar 21% di antaranya yang berhasil mengontrol tekanan darahnya dengan baik. Hipertensi bukan hanya sekadar masalah besarnya jumlah penderita, lebih dari itu, hipertensi menyebabkan sekitar 10,8 juta kematian setiap tahun, atau setara dengan 19 persen dari total seluruh kematian secara global.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi atau tekanan darah tinggi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Sembilan puluh persen dari penderita hipertensi adalah hipertensi primer—suatu jenis hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti, sedangkan 10% sisanya adalah hipertensi sekunder, yang biasanya disebabkan oleh kondisi penyakit tertentu seperti penyakit ginjal kronik, kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan hormon, gangguan kelenjar tiroid, obstructive sleep apnea, dan obat-obatan. Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan seseorang terkena hipertensi, seperti faktor genetik, seusia lanjut, obesitas, konsumsi makanan tinggi garam, kurang bergerak (sedentary lifestyle), merokok, dan konsumsi alkohol yang berlebihan.
Hipertensi sering disebut sebagai “the silent killer” karena sering kali penderita tidak merasakan gejala apa pun. Hipertensi yang berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan pada organ-organ vital (Hypertension-mediated Organ Damage) seperti jantung, otak, ginjal, pembuluh darah, dan mata. Gejala yang timbul pada penderita seperti cepat lelah dan sesak nafas terutama saat beraktivitas, bengkak pada ekstremitas, buang air kecil yang berkurang, penglihatan mulai kabur, dan nyeri pada tungkai terutama saat beraktivitas. Jika terjadi lonjakan tekanan darah secara mendadak (krisis hipertensi), penderita dapat mengalami beberapa gejala seperti nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran, kejang, lemah di salah satu sisi tubuh, nyeri dada, sesak napas, penglihatan kabur, kencing yang berkurang, dan jantung berdebar.
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan hipertensi memiliki peranan yang penting dalam mengevaluasi kondisi pasien secara menyeluruh. Tujuan utamanya adalah untuk menilai kemungkinan adanya kerusakan pada organ-organ target seperti ginjal, jantung, otak, dan retina, mendeteksi kemungkinan hipertensi sekunder, serta menentukan risiko kardiovaskular secara keseluruhan. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dianjurkan meliputi darah lengkap, glukosa darah puasa atau HbA1c, profil lipid, fungsi ginjal, elektrolit, asam urat, serta pemeriksaan urine. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiografi berguna untuk mengevaluasi struktur dan fungsi jantung. Selain itu, USG abdomen dapat membantu bila dicurigai adanya gangguan vaskular ginjal atau massa adrenal. Apabila dicurigai adanya hipertensi sekunder, pemeriksaan tambahan seperti kadar aldosteron, renin, dan kortisol dapat dilakukan untuk mengevaluasi penyebab hormonal yang mendasarinya.
Penanganan hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah sekaligus mencegah kerusakan pada organ penting seperti ginjal, jantung dan otak. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama tanpa terdeteksi secara dini dan tidak diterapi secara optimal akan meningkatkan risiko terjadinya kerusakan organ target secara signifikan. Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan menggunakan obat-obatan. Penggunaan obat hipertensi biasanya dimulai jika tekanan darah tetap lebih dari 140/90 mmHg meskipun pasien telah menjalani modifikasi gaya hidup selama 3-6 bulan, atau segera diberikan bila pasien disertai risiko kardiovaskular tinggi. Pengobatan dimulai dengan obat tunggal atau kombinasi obat yang cocok, tergantung pada tingkat keparahan dan respon penderita terhadap obat. Beberapa golongan obat hipertensi antara lain diuretik, penyekat beta (Beta blocker), Penghambat angiotensin converting enzim (ACE-inhibitor) dan angiotensin reseptor blocker (ARB) dan golongan calcium cannel blocker (CCB). Setiap jenis obat antihipertensi memiliki cara kerja tersendiri dalam membantu menurunkan tekanan darah.
Mengubah gaya hidup adalah langkah penting dalam mencegah sekaligus mengendalikan hipertensi. Berikut adalah beberapa cara efektif yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko tekanan darah tinggi dengan menerapkan pola hidup sehat, antara lain:
Hipertensi sering disebut sebagai penyakit “silent killer” karena penderita sering kali tidak merasakan gejala apa pun hingga muncul komplikasi yang serius. Dengan menjalani pola hidup sehat secara konsisten dan mengonsumsi obat hipertensi sesuai anjuran dokter, penderita hipertensi dapat menjaga tekanan darah tetap terkontrol, meningkatkan kualitas hidup, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi serius seperti stroke, serangan jantung, atau gagal ginjal.
Ayo Cegah Hipertensi! Mulai hidup sehat dari sekarang!
Referensi:
Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti-Rosei E, Azizi M, Burnier M, et al. 2023 ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. J Hypertens. 2023;41(6):873–1152.
Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey DE Jr, Collins KJ, Dennison Himmelfarb C, et al. 2017 ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA Guideline for the prevention, detection, evaluation, and management of high blood pressure in adults: A report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. Hypertension. 2018;71(6):e13–e115.
World Health Organization. First WHO report details devastating impact of hypertension and ways to stop it. 2023 Sep 19. Available from: https://www.who.int/thailand/news/detail/19-09-2023-first-who-report-details-devastating-impact-of-hypertension-and-ways-to-stop-it
World Heart Federation. World Heart Federation Roadmap for Hypertension – A 2021 Update. Global Heart. 2021;16(1):63.
Reviewer: dr. Oryza Gryagus Prabu, Sp. P.D