Senin, 25 Agustus 2025 11:25 WIB

Mengenal Ommetaphobia

Responsive image
49
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kecemasan merupakan pengalaman perasaan yang menyakitkan serta tidak menyenangkan. Ia timbul dari reaksi ketegangan-ketegangan dalam atau intern dari tubuh, ketegangan ini akibat suatu dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf yang otonom. Misalnya, apabila seseorang menghadapi keadaan yang berbahaya dan menakutkan, maka jantungnya akan bergerak lebih cepat, nafasnya menjadi sesak, mulutnya menjadi kering dan telapak tangannya berkeringat, reaksi semacam inilah yang kemudian menimbulkan reaksi kecemasan. Fobia adalah ketakutan ekstrem seseorang terhadap makhluk hidup, benda mati dan situasi tertentu. Meskipun objeknya bisa bermacam-macam, tapi ada juga yang mengalami fobia terhadap mata atau sering disebut ommetaphobia. Rasa takut terhadap mata bisa disebabkan oleh berbagai macam alasan, salah satunya memiliki pengalaman buruk dengan matanya. Selain itu, pola asuhan dan faktor genetik juga bisa menjadi pemicu lainnya. Orang yang takut pada mata, sering kali mengalami serangan panik yang kurang lebih sama dengan jenis fobia lain. Serangan panik ini akan menyebabkan dua gejala, yakni gejala fisik dan gejala psikis. Salah satu gejala yang dialami penderitanya adalah sangat cemas saat berhadapan dengan mata. Seseorang dengan ommetaphobia akan menghindari tempat atau situasi yang melibatkan mata, misalnya melakukan interaksi mata saat berbicara dengan orang lain, melihat gambar mata, atau melihat sesuatu yang mengingatkannya pada mata. Meski terkesan sepele, ommetaphobia dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya sehingga perlu mendapatkan penanganan.

Gejala Ommetaphobia

Gejala ommetaphobia muncul saat penderitanya berhadapan dengan mata atau hal-hal yang berhubungan dengan mata. Ada beberapa gejala yang dialami oleh orang dengan fobia ini, yaitu :

  1. Cemas berlebih
  2. Banyak berkeringat
  3. Detak jantung meningkat
  4. Pusing
  5. Napas cepat
  6. Sesak napas
  7. Gemetar
  8. Mual
  9. Mulut kering
  10. Ketegangan otot
  11. Tidak bisa bergerak atau berbicara

Gejala tersebut dapat berlangsung selama beberapa menit dan biasanya akan segera mereda setelah orang dengan ommetaphobia tidak berada di situasi yang memicu gejala fobianya kambuh.

Penanganan Ommetaphobia

Untuk mengatasi ommetaphobia, penderitanya disarankan untuk melakukan psikoterapi. Terapi ini dapat membantu untuk mengendalikan gejala dan respons tubuh dari ketakutan. 

Ada dua jenis psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menangani ommetaphobia, yaitu terapi eksposur dan terapi perilaku kognitif. Berikut ini adalah penjelasannya :

1. Obat-obatan

Biasanya akan dilakukan terapi kombinasi baik dengan obat maupun psiko terapi, namun bisa saja untuk kondisi yang ringan cukup diberikan obat anti depresan. Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk mengatasi ommetaphobia adalah obat penenang atau obat antidepresan. Selain terapi dan konsumsi obat-obatan, orang yang memiliki fobia mata juga disarankan untuk menerapkan latihan pernapasan untuk mengelola ketakutan berlebih yang dialaminya.

2.Terapi eksposur

Terapi eksposur atau terapi pemaparan adalah terapi yang dilakukan dengan cara menghadapkan orang yang memiliki fobia ke sumber ketakutan atau kecemasannya. Hal ini tentu dilakukan secara bertahap. Artinya, orang dengan ommetaphobia tidak akan langsung dipaksa berhadapan dengan sesuatu yang ditakutinya.

Contohnya, jika takut berlebih pada mata, seseorang akan diminta untuk membaca buku tentang mata, melihat gambar mata, dan akhirnya melakukan interaksi mata secara langsung dengan orang lain.

Dalam pengobatan ini, terapis akan terus mengawasi jalannya proses terapi dan mendukung penderita fobia agar tetap yakin dan berani meneruskan terapinya. 

3.Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif juga efektif untuk mengatasi ommetaphobia. Terapi ini menerapkan metode untuk mengubah pemikiran yang menakutkan tentang mata menjadi pola pikir yang lebih positif, misalnya menatap mata tidak akan berbahaya atau tidak mengancam nyawa.

4. Perubahan gaya hidup

Selain itu, perubahan gaya hidup sebagai bagian dari pengelolaan gejala juga dapat kamu lakukan, seperti : 

  • Tetap aktif secara fisik. Buat rutinitas agar selalu aktif secara fisik setiap hari dalam seminggu. Olahraga adalah pereda stres yang ampuh dan dapat meningkatkan suasana hati sekaligus menjaga kesehatan tubuh. 
  • Jadikan tidur sebagai prioritas. Pengidap gangguan kecemasan umum perlu memastikan bahwa dirinya memiliki tidur yang cukup dan nyenyak. Jika tidak bisa tidur nyenyak, temui dokter untuk meminta saran medis yang tepat.
  • Lakukan teknik relaksasi. Teknik visualisasi, meditasi dan yoga merupakan contoh teknik relaksasi yang dapat meredakan kecemasan.
  • Konsumsi makanan sehat. Sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan ikan dapat mengurangi tingkat kecemasan pikiran. Namun, masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.
  • Hindari alkohol dan obat rekreasional. Sebab, zat ini dapat memperburuk kecemasan.
  • Berhenti merokok dan mengonsumsi kopi. Baik nikotin dan kafein dapat memperburuk kecemasan. 

 

Referensi :

Abdul Hayat. 2018. Ketakutan dan Kecemasan Serta Metode Pengendaliannya. IAIN Antasari Banjarmasin.

Hawari, D. 2011. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Fakultas Universitas Indonesia.

Nurhidayati, E., & Firmanto. 2017. Efektivitas Teknik Relaksasi untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Kelas XII SMA Pusaka 1 Jakarta dalam Menghadapi Ujian. GUIDANCE : Jurnal Bimbingan dan Konseling, 14.

Latipun. 2010. Psikologi Konseling. Malang : Universitas Muhammdiyah Malang.

Nelson-Jones. 2015. Counseling and Personality : Theory and Practice. Australia : Allen dan Unwin Pty Ltd.

Albakri, et al. 2022. Phobia Exposure Therapy Using Virtual and Augmented Reality : a Systematic Review. Applied Sciences, 12(1672), pp. 1-20.

National Health Service UK. 2022. Mental Health. Treatment - Phobias.