Rabu, 27 Agustus 2025 09:26 WIB

Mengenal Skoliosis

Responsive image
439
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Skoliosis adalah kondisi medis di mana tulang belakang melengkung secara tidak normal ke samping, menyerupai huruf "S" atau "C". Kelainan ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi paling sering muncul pada anak-anak dan remaja menjelang masa pertumbuhan. Tulang belakang secara normal memiliki lekukan ringan ke depan dan belakang (Lordosis dan Kifosis) tetapi pada pasien Skoliosis, terdapat kelengkungan Lateral (samping) yang berlebihan bisa ringan hingga parah.

Penyebab

Adapun penyebab dari Skoliosis antara lain :

1.   Skoliosis Idiopatik

Dapat dikarenakan riwayat keluarga, ketidakseimbangan hormon pertumbuhan dan melatonin mempengaruhi pertumbuhan tulang belakang, kebiasaan duduk membungkuk dan membawa beban berat yang tidak seimbang.

2.   Skoliosis Konginetal

Disebabkan oleh Malformasi struktur tulang belakang sejak lahir, seperti Hemivertebra atau Fusi Vertebra.

3.   Skoliosis Degenerative

Dapat dikarenakan riwayat keluarga, ketidakseimbangan hormon pertumbuhan dan Melatonin mempengaruhi pertumbuhan tulang belakang, kebiasaan duduk membungkuk dan membawa beban berat yang tidak seimbang.

4.   Skoliosis Neuromuskular

Dapat terjadi akibat gangguan pada sistem saraf atau otot. 

Gejala

Gejala dari Skoliosis yaitu :

1.   Asimetri bahu

2.   Tulang belikat tampak menonjol di satu sisi.

3.   Pinggul tidak sejajar.

4.   Tonjolan di punggung saat pasien membungkuk (Rib Hump).

5.   Postur tubuh miring.

6.   Nyeri punggung

7.   Gangguan pernapasan

Faktor Risiko

Faktor Risiko Skoliosis Meliputi :

1.   Usia

Pada skoliosis idiopatik paling sering muncul pada masa pertumbuhan, terutama pada usia 10-15 tahun (masa pubertas).

2.   Riwayat keluarga

Adanya kecenderungan bawaan dalam struktur atau regulasi pertumbuhan tulang belakang yang diturunkan dari orang tua ke anak.

3.   Cedera atau infeksi tulang belakang.

Trauma atau infeksi dapat menyebabkan kelainan struktur tulang belakang yang berujung pada skoliosis.

4.   Postur tubuh

Meskipun postur buruk atau kebiasaan duduk miring tidak secara langsung menyebabkan skoliosis struktural, namun bisa memperburuk kelengkungan pada skoliosis fungsional atau memperparah gejala.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang Skoliosis meliputi :

1.   Pemeriksaan fisik

2.   Foto Rontgen

3.   MRI atau CT Scan

4.   Scoliometer

Penanganan

Berikut ini adalah penanganan Skoliosis yang dapat dilakukan :

1.   Pengamatan rutin, untuk kasus ringan yang tidak menunjukkan perkembangan signifikan.

2.   Pemakaian Brace (penyangga punggung), diberikan kepada anak-anak / remaja untuk mencegah lengkungan bertambah parah.

3.   Fisioterapi dan latihan peregangan, untuk memperkuat otot dan memperbaiki postur.

4.   Operasi (Spinal Fusion), diperlukan bila lengkungan melebihi 40-50 derajat atau menyebabkan masalah serius.

Komplikasi

Komplikasi Skoliosis dapat mencakup :

1.   Nyeri punggung kronis.

2.   Gangguan pernapasan.

3.   Masalah kardiovaskular.

4.   Deformitas Postur yang makin berat.

Pencegahan

Berikut adalah beberapa cara pencegahan Skoliosis :

1.   Deteksi dini

2.   Pendidikan postur tubuh yang baik.

3.   Aktivitas fisik dan olahraga.

4.   Nutrisi yang baik.

Skoliosis bukanlah kondisi yang bisa dianggap remeh. Meski sering tidak menimbulkan rasa sakit pada awalnya, kelengkungan yang semakin parah dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Dengan pemeriksaan dini, pemantauan rutin dan penanganan yang tepat, Skoliosis dapat dikendalikan agar tidak berdampak jangka panjang.

 

Referensi :

Athiyaturrofi, A., Supriyadi, A., Yanuar, R. A. 2024. Deteksi Dini dan Edukasi Mengenai Peran Fisioterapi pada Scoliosis di Poli Rehab Medik RSUD Salatiga. Jurnal Pengabdian Masyarakat Global.

Lukman, J. 2018. Uji Sensitivitas dan Spesifisitas Adam’s Forward Bending Test terhadap Skoliometer untuk Deteksi Dini Asimetri Trunkus pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bachelor's Thesis. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.