Jumat, 29 Juli 2022 12:14 WIB

Ketahui Fase Perkembangan Penyakit Leukemia Granulositik Kronik

Responsive image
8716
dr. Diah Ari Safitri, SpPD-KHOM, FINASIM - RSUP Fatmawati Jakarta

Leukemia Granulositik Kronik merupakan kanker yang terjadi pada darah dan sumsum tulang. Namun, penyakit ini bersifat kronis karena proses pertumbuhannya bisa bertahun-tahun. Diketahui ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya Leukemia Granulositik Kronik antara lain paparan radiasi, usia tua, dan jenis kelamin. Usia rata-rata saat terdiagnosis di Amerika adalah 65 tahun, serta lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding pada wanita. Di Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa Leukemia Granulositik Kronik banyak didiagnosis pada usia yang lebih muda. Di Indonesia, terdapat laporan menunjukkan bahwa rerata usia penderita LGK adalah 39,4 tahun. Pasien tersering berusia 45-55 tahun dan jarang ditemukan pada anak.

Saat ini belum ada tes skrining yang direkomendasikan untuk mendeteksi Leukemia Granulositik Kronik secara dini. Leukemia Granulositik Kronik atau LGK kadang ditemukan secara tidak sengaja saat seseorang melakukan pemeriksaan darah untuk sebab yang lain. Namun demikian, diagnosis LGK dibuat dengan :

1.   Keluhan :

  • kelelahan, penurunan berat badan, keringat berlebih, mudah kenyang, nyeri perut kiri atas
  • Pada penyakit yang lanjut dapat didapatkan perdarahan, nyeri tulang, demam   

2.   Pemeriksaan fisik

3.   Pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis sel, gambaran sumsum tulang (jumlah sel darah putih yang tinggi, seri mieloid, dengan berbagai tingkat kematangan)

4.   Diagnosis konfirmasi dilakukan dengan identifikasi Philadelphia chromosome atau mutasi BCR/ABL, atau keduanya.  

Diagnosis konfirmasi LGK adalah dengan terdeteksinya mutasi  BCR/ABL.

·       BCR-ABL merupakan suatu mutasi yang disebabkan oleh kombinasi dari 2 gen yaitu BCR dan ABL.

·       Gen BCR normalnya berada pada kromosom 22 dan gen ABL berada pada kromosom 9.

·       Mutasi BCR-ABL terjadi jika potongan gen BCR dan ABL bertukar tempat.

·       Adanya mutasi BCR-ABL menyebabkan sinyal ke sumsum tulang untuk memproduksi darah putih secara berlebih.

·       Teknik  pemeriksaan untuk mengetahui adanya mutasi BCR-ABL adalah dengan Tes PCR atau Polymerase Chain Reaction

Penyakit LGK mempunyai tiga fase perkembangan yaitu :  fase kronik, fase akselerasi, dan fase krisis blast.

1.   Pada fase kronik,

  • umumnya pasien belum merasakan tanda-tanda sakit.
  • <10% sel blast dalam sumsum tulang

2.   Pada fase akselerasi,

  • mulai muncul gejala umum seperti demam, flu, atau perut begah.
  • 10-19% sel blast dalam sumsum tulang

3.   Pada fase krisis blast,

  • gejala yang muncul semakin nyata. Pasien akan sering mengalami infeksi, demam, perdarahan, dan gejala anemia.
  • ≥20% sel blast dalam sumsum tulang

 

Daftar Pustaka:

Rajabto, W. et al. Hubungan Gambaran Klinis dan Laboratorium Hematologis antara Leukemia Granulositik Kronik Ph (+)/BCR-ABL (+) dengan Bentuk Kelainan Ph/BCR-ABL Lainnya. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 5, No. 1. Maret 2018

Bintoro S.U.Y. Mutasi Gen BCR ABL Tyrosine Kinase Mempengaruhi Resistensi Pengobatan Leukemia Granulositik Kronik.  UNAIR News. Desember 11, 2020 http://news.unair.ac.id/2020/12/11/mutasi-gen-bcr-abl-tyrosine-kinase-mempengaruhi-resistensi-pengobatan-leukemia-granulositik-kronik/

Leukemia & Lymphoma Society. Chronic Myeloid Leukemia, 2020

American Cancer Society. Chronic Myeloid Leukemia. 2022. https://www.cancer.org/cancer/chronic-myeloid-leukemia.html