Jumat, 29 Juli 2022 16:41 WIB

Anak Saya Sakit Jantung Bawaan, Maksudnya?

Responsive image
12504
dr. Nicky Alexandra - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Tanggal 7-14 Februari setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Penyakit Jantung Bawaan (PJB). PJB merupakan cacat lahir yang paling sering menimbulkan kematian pada bayi. Sering disebut dengan istilah ‘jantung bocor’, Di Indonesia, 4 bayi lahir dengan kondisi ini setiap jamnya. Dari setiap 1000 penduduk terdapat 6 orang yang menderita PJB. Belum lagi, setiap tahunnya jumlah penderitanya meningkat 5%, atau setara dengan kapasitas penuh stadion Gelora Bung Karno. Terbayang kan, berapa banyak anak-anak dengan ‘jantung bocor’yang jadi kesulitan bermain atau sekolah setiap harinya karena sakit? Nah,itulah mengapa jantung yang sehat sangat mempengaruhi tumbuh kembang dan produktivitas Si Kecil nantinya.
Yuk , mari kita kenal lebih dalam Penyakit Jantung Bawaan ini.

Jika seseorang didiagnosa memiliki PJB, artinya orang itu memiliki  kondisi kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Spektrum akhir PJB sangat luas, ada yang meninggal sesaat setelah lahir, ada juga yang bertahan hidup  sampai diatas 60 tahun. Ada yang langsung bergejala saat lahir, ada yang baru muncul gejala saat usia tertentu (usia dewasa), ada yang tidak bergejala sampai sembuh spontan.

Normalnya jantung terdiri dari 4 ruang (2 serambi dan 2 bilik) yang dibatasi oleh dinding, sekat, dan katup, serta terdapatjuga beberapa pembuluh darah besar sebagai penguhubung jantung dengan organ lain. Darah dipompa oleh jantung dalam suatu sirkulasi dan arah tertentu sehingga dapat mengedarkan darah ke paru-paru dan seluruh tubuh. Adanya  kelainan padadinding, sekat, katup, atau pembuluh darah besar ini akan mengubah alur sirkulasi darah, bercampurnya darah kaya oksigen dan miskin oksigen, mengganggu fungsi jantung, dan pada akhirnya menimbulkan  keluhan serta gejala pada pasien.

Sampai saat ini umumnya tidak diketahui penyebab pasti dari setiap PJB. Namun ada beberapa kondisi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya PJB, misalnyainfeksi rubela (terutama pada trimester pertama), konsumsi obat-obatan tertentu, merokok atau minum alkohol, diabetes yang tidak terkontrol, ibu/bayi  menderita kelainan kromosom (misalnya sindrom Down), serta faktor keturunan.

PJB dapat diketahui sejak masih dalam kandungan melalui USG rutin yang dilakukan ibu hamil, ataupun setelah bayi dilahirkan. Tidak semua PJB menunjukkan gejala, terkadang gejalanya pun samar, tergantung pada derajat keparahan kelainan jantung yang dialami.
Saking samarnya gejala, tidak banyak orang tua yang memperhatikan dan sadar bahwa anaknya menunjukkan gejala PJB. Akibatnya, si anak terlambat mendapat penanganan.

Beberapa gejala misalnya sebagai berikut:

·         detak jantung yang cepat atau berdebar-debar. Hal ini dapat diperiksa dengan meraba detak jantung di dada, nadi di pangkal paha, pergelangan tangan, siku dalam, atau di pembuluh darah besar di leher.

·         napas cepat, napas cuping hidung, otot dada atau otot leher yang tertarik saat bernapas

·         bengkak pada kedua kaki, perut, atau sekitar mata.

·         bayi tersengal-sengal dan tampak lelah saat minum

·         kelelahan yang sangat, anak menjadi kurang aktif bermain

·         pertumbuhan terhambat, berat badan rendah dan sulit naik

·         mudah pingsan

·         kebiruan pada bibir atau jari-jari yang bertambah saat menangis, minum, atau bermain

·         infeksi paru atau batuk berulang

 

PJB sangat bervariasi baik dari jenis maupun derajat keparahannya. Dengan demikian, tatalaksana atau operasinya pun sangat individual. Untuk mendapatkan detail mengenai struktur jantung pasien, maka dokter perlu melakukan beberapa pemeriksaan. Semakin cepat diketahui maka semakin cepat penanganannya, dan semakin baik masa depannya. Beberapa pemeriksaan yang akan dilakukan misalnya ekokardiografi/ USG jantung untuk melihat struktur jantung, pemeriksaan rekam jantung untuk kelistrikannya, rontgen dada, kateterisasi jantung, dan pemeriksaan darah.

Hasil dari pemeriksaan ini akan menentukan jenis PJB dan tingkat keparahannya sehingga dapat ditentukan langkah berikutnya yang sesuai. PJB sederhana akan sembuh sendiri, namun PJB yang lebih kompleks akan memerlukan obat-obatan dan beberapa tahapan operasi.

Jadi, Jika orang yang anda kenal mengalami gejala seperti yang tertera diatas, segera anjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter jantung. Konsultasikan dengan dokter untuk kejelasan tatalaksana dan pastikan anda tidak melewatkan setiap sesi kontrol.

Salam jantung sehat!

 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Referensi :

Kelompok Kerja Kardiologi Pediatrik Dan Penyakit Jantung Bawaan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Dewasa (PJBD). 1st ed., 2020.

website. “Congenital Heart Disease - NHS.” Nhs.Uk, 7 Sept. 2021, https://www.nhs.uk/conditions/congenital-heart-disease/.

Sumber gambar: canva.com