Jumat, 21 Februari 2025 09:40 WIB

Kondisi Kanker Lidah di Indonesia

Responsive image
12
drg. Felicia Paramita, Sp.PM - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Kanker lidah merupakan salah satu jenis kanker yang cukup sering ditemukan, saat ini menempati peringkat ke-6 kanker terbanyak di seluruh dunia. Berdasarkan data, kasus kanker rongga mulut, termasuk kanker lidah, terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kebiasaan mengunyah sirih (menyirih), dan infeksi virus HPV, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan rongga mulut.

Di Indonesia sendiri, belum ada data yang pasti mengenai prevalensi kanker lidah nasional. Prevalensi yang ada biasanya terbatas pada pusat kesehatan di mana penelitian dilakukan. Contohnya: Terdapat 91 kasus kanker lidah di Yogyakarta selama tahun 2011 sampai 2014, 320 kanker lidah di RSUP Hasan Sadikin selama tahun 2015 sampai 2018, dan 112 kasus kanker lidah di Divisi Penyakit Mulut RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama tahun 2018 sampai 2020.

Data mengenai faktor risiko kanker lidah di Indonesia pun masih beragam. Kebiasaan merokok di Indonesia disinyalir mencapai 33,8% pada penduduk dewasa di atas 15 tahun dan 19,2% pada usia remaja (13 - 15 tahun). Perkiraan pengunyah sirih di Indonesia mencapai 0,9%. Sementara itu, penelitian lain pada anak-anak remaja, mengatakan bahwa terdapat 4,4% anak remaja mengkonsumsi alkohol 1 kali atau lebih setiap hari. Angka faktor risiko kanker lidah yang terjadi di Indonesia menyiratkan adanya kemungkinan bahwa sebenarnya kanker lidah di Indonesia prevalensinya lebih besar daripada yang diperkirakan.

Tantangan utama dalam penanganan kanker lidah di Indonesia adalah kurangnya deteksi dini. Banyak penderita baru memeriksakan diri ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut, sehingga opsi pengobatan menjadi lebih terbatas dan angka harapan hidup menurun. Selain itu, keterbatasan fasilitas kesehatan yang dapat menangani kasus kanker lidah, terutama di daerah terpencil, menjadi kendala lain dalam upaya pengobatan.

Deteksi dini kanker lidah memiliki peran krusial dalam meningkatkan angka sintasan pasien. Jika kanker lidah dapat didiagnosis pada tahap awal, peluang keberhasilan pengobatan menjadi lebih tinggi. Beberapa metode deteksi dini yang dapat diterapkan antara lain:

  1. <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Pemeriksaan Mandiri: Masyarakat perlu diberikan edukasi tentang tanda-tanda awal kanker lidah, seperti luka atau sariawan menetap yang tidak sembuh dalam waktu lama, perubahan warna atau tekstur lidah, serta rasa sakit yang tidak kunjung hilang. Segera berkonsultasi ke tenaga medis jika mengalami gejala tersebut.

  2. <!--[if !supportLists]-->Pemeriksaan Rutin ke Dokter Gigi: Dokter gigi berperan penting dalam mendeteksi kelainan pada lidah saat pemeriksaan rutin. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk melakukan pemeriksaan gigi dan mulut setidaknya dua kali setahun.

  3. <!--[if !supportLists]-->Kampanye Kesadaran Kesehatan: Pemerintah dan berbagai organisasi kesehatan dapat meningkatkan program edukasi terkait kanker lidah, khususnya di daerah dengan tingkat konsumsi tembakau dan alkohol yang tinggi.

Kanker lidah merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian lebih di Indonesia. Dengan meningkatnya kasus dan rendahnya angka deteksi dini, upaya pencegahan dan edukasi masyarakat menjadi semakin penting. Melalui pemeriksaan rutin, pemanfaatan teknologi medis, serta kampanye kesadaran, deteksi dini dapat ditingkatkan sehingga angka sintasan pasien kanker lidah pun bisa lebih tinggi. Pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat harus bekerja sama dalam menghadapi tantangan ini agar kasus kanker lidah dapat ditekan dan angka harapan hidup penderita meningkat.

 

Referensi:

<!--[if !supportLists]-->Sari et al. Prevalence and risk factors of oral potentially malignant disorders in Indonesia: A cross-sectional study undertaken in 5 provinces. Scientific Reports (2024)14:5232.

<!--[if !supportLists]-->Irani S. New insights into oral cancer—Risk factors and prevention: A review of literature.

Int J Prev Med 2020;11:202.

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Carter LM, Graham R Ogden. Oral cancer awareness of undergraduate medical and dental students. BMC Medical Education 2007.

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Orlan et al. Characteristics of current betel quid /chewing tobacco users, smokers, and dual users in Indonesia: An analysis of GATS 2011 data. Substance Use and Misuse 2020, VOL. 55, NO. 9, 1509–1512.

<!--[if !supportLists]-->Sari et al. Global burden of disease data in Indonesia. The Lancet 2023 Vol 11

<!--[if !supportLists]-->Bekti Prasetyo, Y., Sunaringsih Ika Wardojo, S., Dwi Laksono, A., Setiya Dewi, Y., & Huriah, T. (2022). Determinant factors of alcohol consumption among Indonesian adolescents through parents’ attention: findings from a national survey. Florence Nightingale Journal of Nursing, 30(3), 238-244.

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Abati et al. Oral cancer and precancer: A narrative review on the relevance of early diagnosis. Int J Environ Res Public Health 2020, 17, 9160.

Sumber gambar:

https://www.freepik.com/free-photo/female-patient-opening-her-mouth-doctor-look-her-throat-otolaryngologist-examines-sore-throat-patient_27155571.htm#fromView=search&page=1&position=13&uuid=3cdd3279-bbfd-4997-b759-41b2f291ad56&query=cancer+tongue