Masa remaja merupakan tahap penting dalam kehidupan seseorang yang ditandai dengan perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang sangat pesat. Pada periode ini, tubuh membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan. Namun, remaja putri cenderung lebih rentan terhadap masalah gizi, terutama anemia. Anemia adalah kondisi ketika kadar hemoglobin dalam darah berada di bawah nilai normal, sehingga kemampuan darah membawa oksigen ke jaringan tubuh berkurang. Akibatnya, seseorang mudah merasa lemas, lesu, pusing, sulit berkonsentrasi, dan mengalami penurunan produktivitas.
Menurut data World Health Organization (WHO), terdapat sekitar 191 juta remaja putri di dunia yang mengalami anemia. Indonesia sendiri menempati peringkat ke-8 dari 11 negara di Asia dengan jumlah penderita mencapai sekitar 7,5 juta orang. Untuk menekan angka kejadian anemia pada kelompok rentan, WHO telah menetapkan sejumlah pedoman pencegahan, salah satunya yaitu pemberian suplementasi zat besi bagi seluruh remaja di negara-negara yang memiliki tingkat prevalensi anemia sekitar 20% atau lebih. Pemberian suplemen zat besi dalam bentuk oral atau tablet tambah darah direkomendasikan sebagai salah satu strategi utama dalam pencegahan kekurangan zat besi dan anemia (WHO, 2024).
Remaja yang sedang memasuki masa pubertas memiliki risiko tinggi mengalami anemia akibat kekurangan zat besi. Kondisi ini terjadi karena adanya kehilangan zat besi selama proses menstruasi setiap bulan. Risiko tersebut semakin meningkat apabila asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi, padahal pada masa remaja putri (rematri), tubuh membutuhkan zat besi dalam jumlah yang lebih besar untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Zat besi berperan penting dalam pembentukan massa tubuh serta dalam meningkatkan kadar hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh remaja.
Selain itu, kebiasaan remaja putri yang sering tidak sarapan, melakukan diet ketat, atau terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia. Pola makan yang tidak seimbang tersebut menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi esensial seperti zat besi, protein, asam folat, dan vitamin B12, yang semuanya berperan penting dalam proses pembentukan hemoglobin di dalam darah. Oleh karena itu, remaja putri perlu menerapkan pola makan bergizi seimbang, mengonsumsi tablet tambah darah secara teratur, serta menjaga kecukupan gizi sejak dini.
Penyebab Anemia pada Remaja Putri
1. Kurangnya pengetahuan tentang anemia.
Banyak remaja tidak memahami penyebab, tanda, dan cara mencegah anemia. Akibatnya, mereka tidak memperhatikan asupan zat besi dan kebiasaan makan sehat.
2. Pola makan yang tidak seimbang.
Remaja sering memilih makanan cepat saji, melewatkan sarapan, atau menjalani diet ketat untuk menjaga bentuk tubuh. supan zat besi, asam folat, dan vitamin B12 menjadi tidak mencukupi untuk pembentukan sel darah merah.
3. Status gizi yang kurang.
Status gizi berhubungan langsung dengan kadar hemoglobin. Remaja dengan gizi kurang atau tidak seimbang cenderung mengalami anemia karena tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk membentuk darah.
4. Pola menstruasi tidak teratur.
Menstruasi dengan durasi lama atau perdarahan banyak menyebabkan kehilangan zat besi yang signifikan. Tubuh tidak mampu menggantikan zat besi yang hilang melalui darah menstruasi.
5. Kebiasaan minum teh atau kopi setelah makan.
Tanpa disadari, teh dan kopi mengandung zat tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh. Kadar hemoglobin sulit meningkat meskipun sudah mengonsumsi makanan bergizi.
6. Faktor sosial ekonomi.
Remaja dari keluarga dengan ekonomi rendah seringkali sulit mendapatkan makanan bergizi tinggi zat besi (seperti daging merah, hati, dan ikan) yang menyebabkan pola konsumsi terbatas pada makanan murah dengan kandungan zat gizi rendah.
7. Kurangnya konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
Tablet Fe penting untuk memenuhi kebutuhan zat besi, terutama bagi remaja yang menstruasi setiap bulan. Tidak rutin mengonsumsi TTD menyebabkan kadar zat besi terus menurun.
Gejala Anemia
1. Mudah lelah
2. Mengantuk
3. Sakit kepala
4. Pucat (kuku, bibir, gusi, mata, kulit kaku, dan telapak tangan).
5. Jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan.
6. Napas terasa pendek saat melakukan aktivitas ringan.
7. Pusing
8. Tangan dan kaki dingin atau mati rasa.
9. Mata berkunang-kunang.
Pencegahan Anemia
1. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani, bahan nabati dan sayuran yang berwarna hijau tua.
Untuk membantu mencegah anemia, tubuh memerlukan asupan zat besi yang cukup setiap hari. Zat besi dapat diperoleh dari bahan pangan hewani seperti daging, hati, ayam, ikan, dan telur, yang mengandung zat besi jenis heme dan mudah diserap oleh tubuh. Selain itu, bahan pangan nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, dan sayuran hijau tua (misalnya bayam dan kangkung) juga merupakan sumber zat besi non- heme. Meskipun penyerapan zat besi non-heme tidak sebaik zat besi heme, namun dengan konsumsi teratur dan kombinasi makanan yang tepat, kebutuhan zat besi tubuh dapat terpenuhi untuk mendukung pembentukan sel darah merah yang sehat.
2. Banyak mengonsumsi makanan yang mengandung bitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi (jambu, jeruk, tomat, dan nanas).
Vitamin C memiliki peran penting dalam membantu penyerapan zat besi, terutama dari sumber nabati. Dengan mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C seperti jambu biji, jeruk, tomat, dan nanas, penyerapan zat besi dalam tubuh akan meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi makanan sumber zat besi disertai dengan makanan atau minuman yang mengandung vitamin C agar penyerapan zat besi menjadi lebih optimal. Kebiasaan ini membantu mencegah kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia.
3. Minum 1 tablet penambah darah (Fe) setiap hari khususnya saat sedang haid.
Selama masa menstruasi, wanita kehilangan cukup banyak darah yang mengandung zat besi. Agar cadangan zat besi dalam tubuh tidak menurun, dianjurkan untuk mengonsumsi satu tablet penambah darah (Fe) setiap hari, terutama saat haid. Tablet ini membantu menggantikan zat besi yang hilang dan menjaga kadar hemoglobin dalam darah tetap normal. Dengan demikian, tubuh tetap bugar, tidak mudah lelah, dan terhindar dari risiko anemia.
4. Bila merasakan tanda dan gejala anemia segera konsultasi ke dokter.
Apabila mulai muncul tanda-tanda anemia seperti tubuh terasa lemas, wajah pucat, pusing, sesak napas, atau sulit berkonsentrasi, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Pemeriksaan medis diperlukan untuk memastikan apakah benar terjadi anemia dan untuk mengetahui penyebab pastinya. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, kondisi anemia dapat diatasi sebelum menimbulkan gangguan kesehatan yang lebih serius
Referensi :
Ariana, R., & Fajar, N. A. 2024. Analisis Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Remaja Putri : Literatur Review. Jurnal Kesehatan Komunitas.
Astuti, E. R. 2023. Literatur Review : Faktor-faktor Penyebab Anemia pada Remaja Putri. Jambura Journal of Health Science And Research.
Fitria, A., Aisyah, S., & Sibero, J. T. 2021. Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Putri Melalui Konsumsi Tablet Tambah Darah. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
Nurjanah, S., & Dewi, B. K. 2024. Gambaran Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Kabupaten Indramayu. Jurnal Keperawatan Profesional (JKP).