Selasa, 09 September 2025 12:31 WIB

Selayang Pandang Osteogenesis Imperfecta

Responsive image
13
dr Yoga Pribadi Utomo SpOT - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Osteogenesis imperfecta (OI) adalah  penyakit bawaan yang menyebabkan tulang lebih rapuh, mata biru, penurunan pendengaran, kerusakan gigi1, retardasi mental, dan kelemahan ligamen2. OI disebabkan oleh mutasi gen collagen tipe 1 tepatnya pada COL1A1 dan COL1A2. Beberapa lain disebabkan mutasi BMP1 yang mirip OI tipe 13. Angka kejadian OI secara global 1 sampai 2  per 10.000  orang4. Penyakit ini walapun langka tetapi sangat berhubungan dengan kualitas kehidupan seseorang. Tanda dan gejala OI dapat dibagi menjadi skeletal dan ekstraskeletal. Pada skeletal dapat mengalami penurunan massa tulang sehingga tulang rapuh dan mudah patah. Massa tulang yang menurun juga menyebabkan skoliosis yang akhirnya mengganggu pernafasan hingga deviasi pada tulang panjang. Pada ekstraskeletal dikarenakan gangguan pada kolagen berefek pada kelemahan ligamen, pembuluh darah yang rapuh, sklera biru-ungu pada sekitar 50% OI, dan gigi kuning sawo serta rapuh5. Pada kasus lain juga disebutkan OI bisa menyebabkan penurunan kesehatan mental4.

Diagnosis osteogenesis imperfekta menitikberatkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis dapat langsung ditegakkan dengan anamnesis riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik tulang yang rapuh, mata biru, gangguan pada gigi, dan pendengaran. Jika tanpa gejala diatas pemeriksaan penunjang yang diusulkan adalah pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lab seperti bone marker, serum alkaline fosfatase, c-telopeptide collagen 1 dan BMD Z-score. Peningkatan pada c-telopeptide collagen 1 mengarah pada kondisi OI1. Pada keluarga yang mengalami OI atau sering mengalami fraktur pada trauma minimal, perlu dilakukan pemeriksaan genetik. Pemeriksaan genetik selain untuk menegakkan diagnosis juga digunakan untuk pencegahan dikarenakan mutasi genetik pada OI bisa diturunkan pada keturunanya3. Ibu hamil atau beresiko OI dapat dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 20 minggu dan ketika diitemukan multipel fraktur, deformitas pada tulang panjang, rusuk dan tengkorak menunjukkan bayi tersebut beresiko OI saat lahir. Selain itu bisa dilakukan chorion villus biopsy guna melihat produksi abnormal dari kolagen tipe 17. Penelitian lain masih dikembangkan guna mendiagnosis prenatal OI agar dapat dilakukan pencegahan dan penatalaksaan lebih dini.

Masalah utama pada sebagaian besar OI adalah kurangnya kolagen tipe 1 disebabkan mutasi gen COL1A1 dan COL1A2. Mutasi ini menyebabkan 2 (dua) patofisiologi OI. Pertama, menurunnya jumlah kolagen namun kualitasnya tetap sama menyebabkan lebar korteks, volum cancellous bone, dan jumlah trabekula berkurang signifikan. Kedua, kolagen yang berkurang kualitasnya sehingga bone turnover pada OI lebih meningkat5. Dua hal tersebut menyebabkan tulang menjadi rapuh dan sangat mudah patah. Penyebab lain selain kurangnya kolagen tipe 1 masih diteliti hingga saat ini1,2.

Klasifikasi yang digunakan dokter ortopedi adalah INCDS (International Nomenclature group for Constitutional Disorder ICHG of the Skeleton) modified sillence classification yang membagi OI menjadi 5 tipe1.

Tipe OI yang paling ringan adalah OI tipe I dan untungnya tipe ini pula yang paling sering terjadi. Tipe I juga paling gampang dikenali karena satu-satunya yang ditunjukkan dengan sklera biru-ungu. Tipe I juga memiliki prognosis yang paling baik sehingga paling banyak ditemui hingga dewasa. Tipe yang paling berat adalah tipe 2 karena bayi bisa meninggal di kandungan.

Terapi OI melibatkan multidisiplin ilmu seperti dokter ortopedi, dokter rehabilitasi medik, dokter endokrin, dan dokter anak. Terapi standar OI bisa dibagi menjadi 2 yaitu farmakologi dan operatif. Pada farmakologi obat yang sering digunakan adalah bifosfonat. Bifosfonat mengurangi bone resorption dan meningkatkan massa tulang dengan berikatan pada hydroxyapatite crystal yang membuat osteoclast apoptosis5. Pemberian dan dosis bifosfonat melihat pada tipe OI, usia, jenis kelamin, dan BMD Z-Score. Komplikasi jangka pendek bifosfonat demam, nyeri, hipokalsemia, dan hipofosfatemia, sedangkan komplikasi jangka panjang yaitu osteopetrosis (tulang lebih padat dari seharusnya)1. Tindakan konservatif yang dilakukan biasanya pemasangan brace oleh dokter ortopedi. Terapi lainnya adalah secara operatif. Tujuan dari terapi operatif adalah meningkatkan fungsi dan mengurangi nyeri. Pada OI dengan fraktur berulang tujuan terapi adalah mempertahankan kesejajaran tubuh1. Fraktur berulang dan tulang panjang perlu dipertimbangkan reduksi terbuka dengan intramedullary rod guna membantu berdiri1. Saat ini ahli mulai mengembangkan terapi dengan bone marrow maupun RNA Silencing. Terapi ini mengobati OI pada gen COL1A1 atau COL1A2 yang merupakan sebagian besar penyebab OI7. 

Osteogenesis imperfecta merupakan penyakit genetik yang kompleks, tatalaksana komprehensif dan pemahaman terhadap osteogenesis imperfecta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

 

Referensi:

Phonela SMH, Goller R, Karsas M. Osteogenesis imperfecta: an overview. South African Orthop J. 2020;19(4):229-234. doi:10.17159/2309-8309/2020/v19n4a6

Ralston SH, Gaston MS. Management of Osteogenesis Imperfecta. Front Endocrinol (Lausanne). 2020;10(February):1-10. doi:10.3389/fendo.2019.00924

Tauer JT, Robinson ME, Rauch F. Osteogenesis Imperfecta: New Perspectives From Clinical and Translational Research. JBMR Plus. 2019;3(8):1-10. doi:10.1002/jbm4.10174

Mc Donald D, Mc Donnell T, Martin-Grace J, Mc Manus G, Crowley RK. Systematic review of health related-quality of life in adults with osteogenesis imperfecta. Orphanet J Rare Dis. 2023;18(1):1-16. doi:10.1186/s13023-023-02643-3

Etich J, Leßmeier L, Rehberg M, et al. Osteogenesis imperfecta—pathophysiology and therapeutic options. Mol Cell Pediatr. 2020;7(1). doi:10.1186/s40348-020-00101-9

Mitaka H. Osteogenesis imperfecta and blue sclera. QJM An Int J Med . 2018;111(9):665. doi:10.1093/qjmed/hcy060

Van Dijk FS, Cobben JM, Kariminejad A, et al. Osteogenesis imperfecta: A review with clinical examples. Mol Syndromol. 2011;2(1):1-20. doi:10.1159/000332228

Sumber gambar:

https://media.sciencephoto.com/image/m1550345/800wm

https://limbhealing.com/wp-content/uploads/2021/05/Osteogenesis-Imperfecta-RGB.jpg

https://my.clevelandclinic.org/-/scassets/images/org/health/articles/osteogenesis-imperfecta