Rabu, 19 November 2025 12:51 WIB

Mengangkat Pasien dengan Aman Tips Ergonomis untuk Perawat

Responsive image
26
Didit Triono - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Profesi perawat identik dengan aktivitas fisik yang padat, mulai dari mengangkat, memindahkan, hingga membantu mobilisasi pasien. Aktivitas tersebut sering dilakukan berulang, dalam waktu lama, dan sering kali dalam kondisi yang kurang ergonomis. Tidak heran jika gangguan muskuloskeletal (Musculoskeletal Disorders/MSDs) menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang dialami perawat di seluruh dunia.

Studi menunjukkan bahwa prevalensi MSDs pada tenaga kesehatan, khususnya perawat, sangat tinggi. Keluhan yang paling sering dialami meliputi nyeri punggung bawah, leher, bahu, dan lutut (1). Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan perawat, tetapi juga memengaruhi kualitas pelayanan keperawatan dan keselamatan pasien. Oleh karena itu, penerapan prinsip ergonomi menjadi penting untuk mencegah cedera.

Apa Itu Gangguan Muskuloskeletal?

MSDs merupakan sekelompok kondisi yang memengaruhi otot, tendon, ligamen, saraf, dan struktur penunjang lainnya akibat aktivitas berulang, posisi kerja tidak alamiah, atau beban berlebih (2). Gejala yang umum dirasakan antara lain nyeri, kaku, kesemutan, hingga keterbatasan gerak.

Pada perawat, penyebab utama MSDs adalah aktivitas manual handling atau mengangkat dan memindahkan pasien tanpa bantuan alat atau teknik yang tepat (3). Bila tidak dicegah, keluhan ini dapat berkembang menjadi cedera serius dan berujung pada penurunan kemampuan kerja.

Faktor Risiko di Tempat Kerja

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko MSDs pada perawat, di antaranya:

1.      Aktivitas Mengangkat Pasien

Perawat sering harus memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda, mengubah posisi pasien di ranjang, atau membantu saat berjalan. Aktivitas ini memberikan tekanan besar pada tulang belakang, terutama bagian lumbal (4).

2.      Posisi Kerja Tidak Ergonomis

Membungkuk lama, memutar tubuh sambil mengangkat, atau bekerja di ruang sempit meningkatkan beban pada otot dan sendi.

3.      Durasi dan Frekuensi Pekerjaan

Aktivitas berulang tanpa waktu istirahat yang cukup membuat otot cepat lelah dan rentan cedera.

4.      Kurangnya Fasilitas dan Alat Bantu

Tidak semua rumah sakit menyediakan lifting device, hoist, atau slide sheet. Hal ini membuat perawat terpaksa menggunakan tenaga manual.

5.      Kondisi Psikososial

Stres, kelelahan, dan beban kerja tinggi juga berkontribusi pada timbulnya keluhan muskuloskeletal (5).

Dampak Gangguan Muskuloskeletal pada Perawat

MSDs yang tidak tertangani dapat menimbulkan dampak serius, baik bagi individu maupun institusi pelayanan kesehatan, antara lain:

1.      Penurunan produktivitas kerja akibat keterbatasan gerak dan nyeri.

2.      Meningkatnya absensi dan biaya pengobatan.

3.      Kualitas pelayanan pasien menurun, karena perawat tidak mampu bekerja optimal.

4.      Risiko keselamatan pasien meningkat bila perawat tidak mampu memindahkan pasien dengan benar (6).

 

Upaya Pencegahan: Tips Ergonomi untuk Perawat

Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Ada beberapa prinsip ergonomi yang dapat diterapkan perawat dalam aktivitas sehari-hari:

1.      Gunakan Teknik Mengangkat yang Benar

  • Dekatkan tubuh ke pasien sebelum mengangkat.
  • Gunakan otot kaki, bukan punggung, saat mengangkat.
  • Hindari membungkuk terlalu dalam; usahakan posisi punggung tetap lurus.
  • Jangan memutar tubuh sambil mengangkat, tapi putar dengan langkah kaki.

2.      Manfaatkan Alat Bantu

Jika tersedia, gunakan hoist, transfer belt, slide sheet, atau kursi roda untuk mengurangi beban fisik. Alat ini terbukti menurunkan risiko cedera (7).

3.      Bekerja dalam Tim

Memindahkan pasien sebaiknya dilakukan minimal dua orang bila pasien tidak mampu membantu. Koordinasi tim akan mengurangi risiko pada perawat dan pasien.

4.      Atur Tinggi Tempat Tidur

Sebelum melakukan tindakan, sesuaikan tinggi tempat tidur pasien dengan posisi pinggang perawat. Hal ini akan mengurangi tekanan pada punggung bawah.

5.      Lakukan Peregangan dan Olahraga Ringan

Peregangan 5–10 menit sebelum dan sesudah shift dapat membantu menjaga fleksibilitas otot dan mencegah cedera. Aktivitas seperti yoga, pilates, atau jalan cepat juga baik untuk kesehatan muskuloskeletal.

6.      Manajemen Beban Kerja

Rumah sakit perlu memastikan beban kerja perawat seimbang dan tidak berlebihan. Penjadwalan shift yang adil, istirahat cukup, serta dukungan manajemen menjadi kunci.

7.      Edukasi dan Pelatihan Ergonomi

Pelatihan rutin mengenai safe patient handling sangat penting. Perawat perlu dibekali keterampilan praktis dalam menggunakan teknik angkat yang aman.

 

Peran Institusi dalam Mendukung Kesehatan Perawat

Mencegah MSDs bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga institusi. Rumah sakit perlu menyediakan kebijakan yang mendukung, seperti:

1.      Menyediakan alat bantu pemindahan pasien yang memadai.

2.      Memberikan pelatihan ergonomi berkala.

3.      Membentuk budaya kerja yang peduli pada kesehatan perawat.

4.      Melakukan surveilans kesehatan kerja untuk mendeteksi dini keluhan muskuloskeletal.

Penelitian menunjukkan bahwa program Safe Patient Handling and Mobility (SPHM) yang diimplementasikan di rumah sakit mampu menurunkan angka cedera muskuloskeletal pada perawat secara signifikan (8).

Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan serius yang banyak dialami perawat akibat aktivitas mengangkat dan memindahkan pasien. Faktor risiko utama meliputi teknik manual handling yang salah, posisi kerja tidak ergonomis, kurangnya alat bantu, dan beban kerja berlebih.

Dengan penerapan prinsip ergonomi, penggunaan alat bantu, kerja tim, peregangan, serta dukungan institusi, risiko MSDs dapat diminimalkan. Sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, perawat perlu menjaga kesehatan dirinya agar dapat memberikan asuhan terbaik kepada pasien.

Ingat, menjaga kesehatan perawat sama pentingnya dengan menjaga kesehatan pasien.

 

Referensi :

1.      Tinubu BMS, Mbada CE, Oyeyemi AL, Fabunmi AA. Work-related musculoskeletal disorders among nurses in Ibadan, South-west Nigeria: a cross-sectional survey. BMC Musculoskelet Disord. 2010;11:12.

2.      Bernard BP. Musculoskeletal disorders and workplace factors. Cincinnati: NIOSH; 1997.

3.      Smith DR, Wei N, Kang L, Wang RS. Musculoskeletal disorders among professional nurses in mainland China. J Prof Nurs. 2004;20(6):390–5.

4.      Karahan A, Bayraktar N. Determination of the usage of body mechanics in clinical settings and the occurrence of low back pain in nurses. Int J Nurs Stud. 2004;41(1):67–75.

5.      Sikiru L, Hanifa S. Prevalence and risk factors of low back pain among nurses in a typical Nigerian hospital. Afr Health Sci. 2010;10(1):26–30.

6.      Trinkoff AM, Lipscomb JA, Geiger-Brown J, Brady B. Musculoskeletal problems of the neck, shoulder, and back and functional consequences in nurses. Am J Ind Med. 2002;41(3):170–8.

7.      Nelson A, Baptiste AS. Evidence-based practices for safe patient handling and movement. Online J Issues Nurs. 2006;11(2):3.

8.      Pompeii LA, Lipscomb HJ, Schoenfisch AL, Dement JM. Musculoskeletal injuries resulting from patient handling tasks among hospital workers. Am J Ind Med. 2009;52(7):571–8.

Sumber gambar:

https://ars.els-cdn.com/content/image/1-s2.0-S0033062023000129-gr9.jpg

https://myacuhealing.com/wp-content/uploads/2016/06/8f8c24763f718989a91070fefb2198e9.jpg